Memahami alasan banyak orang suka bersikap sok keren atau jaim

Bagikan bila kamu menyukainya 💖

Artikel ini merupakan top secret yang sedikit menyeleneh karena ini merupakan ilmu psikologis jurnal pribadi penulis yang tidak semua orang dapat memahaminya, dan jurnal ini diciptakan berdasarkan teori tesis atau ungkapan yang perlu diteliti lebih lanjut.


Apakah kamu merasa banyak orang di sekelilingmu sering terlihat dingin (sok cool), kalem, cuek, dan suka bersikap jaga image (jaim)? Terkadang mereka berlagak sok keren dengan berlagak sok bijak, atau bahkan bersikap seolah-olah dengan kesan palsu yang tidak alami pada karakter mereka yang sebenarnya. yang padahal sebenarnya mereka itu sudah lama tinggal pada lingkungan tersebut dan juga sudah lama saling kenal juga, tetapi tetap saja suka bersikap kaku sulit tertawa seperti kejadian atau momen lucu yang disengaja atau tidak sengaja agar dapat membuat banyak orang tertawa, yang padahal itu memang lucu tetapi mereka suka memperlihat tanpa ekspresi sedikitpun (muka datar) atau mungkin bisa saja mereka ingin tertawa tetapi mereka tampak mencoba menahannya agar tidak tertawa, dengan memahami hal ini dengan mencoba memikirkan apa sebenarnya motivasi mereka? Apakah mereka seorang wibu yang ingin meniru gaya karakter fiksi dengan terobsesi dengan sikap keren karakter idaman mereka agar dapat terkesan cool gitu? Yang padahal itu saja tidak cukup membuat mereka terlihat keren dengan bersikap jaga image (jaim) karena tampang mereka tidak sesuai dengan karakter yang dibawa seperti wajah mereka tidak mampuni, karena wajah mereka mirip ijat di film upin-ipin tetapi mereka ingin terlihat cool seperti sasuke hal hasil mereka malah terlihat konyol menurut saya 🙂 mungkin masih mending bila mereka bertampang good lookig memaang sesuai dengan pembawaan karekter fiksi idaman mereka yang “baddas” seperti uchiha madara, atau cool seperti uchiha itachi atau ingin cerdas seperti berotak Senku dengan berpaduan musik phonk sigma male agar mereka dapat terlihat lebih ber’aura “superior” atau “baddas” ala sigma male yang pada saat ini sedang menjadi trend narsistik idaman para bocil, remaja, bahkan para bujang yang ingin memperbaiki hidup mereka yang penuh kepalsuan akan siapa jati diri mereka yang sebenarnya dalam membangun citra diri mereka, dengan bagaimana cara mereka membentuk image diri terhadap orang lain kepada dirinya agar dapat mengagumi sosok mereka dalam menjadi publik figure (ingin menjadi berwibawa atau panutan mungkin ya?), dan dengan melihat fenomena ini saya pun dapat menyimpulkan itulah sebabnya saya pernah berpendapan pada artikel pemikiran bias berbahaya bahwa banyak orang pada saat ini suka atau senang dan bahagia hidup dalam kemunafikan dalam menjalin hubungan karena tidak ingin menjadi diri mereka sendiri, dengan suka menampilkan kesan palsu atau attitude palsu kepada orang lain, dengan bukan menjadi diri mereka sendiri dengan seolah-olah seperti orang yang berlogat yang tidak semestinya ada pada diri mereka yang malah seolah terkesan bersandiwara dalam berhubungan sosial. Menjadi sok cool mungkin dianggap wajar atau penting pada saat kesan pertama atau dalam sebuah pertemuan pertama kepada seseorang yang baru dikenal tetapi ini dengan terus-menerus mereka lakukan kepada sesama teman, kolega, dan lingkungan mereka sendiri yang jelas sudah akrab sekalipun, terkadang memang lucu nya mereka dengan suka bersikap palsu atau bersandiwa memainkan peran dengan terobsensi dengan karakter fiski atau tokoh nyata yang mereka jadikan panutan karena mereka ingin terlihat cool dan berkesan dengan meniru attitude ala signa male, dengan obsesi mereka agar dapat terlihat tegas berwibawa dengan bersikap jaga image ‘jaim” atau sok keren.

Jadilah orang yang lucu atau periang karena tidak semua orang cocok/pantas menjadi menjadi keren (cool/jaim), dan jadilah orang keren (cool/jaim) karena tidak semua orang cocok/pantas menjadi lucu atau periang.

Hiburan Kita

Dan banyak di antara anak-anak remaja yang masih kurang berpengalaman darah muda yang berego tinggi atau masih ABG dari pembahasan di atas sebelumnya seperti itulah alasan mereka suka bersikap toxit bila mereka tidak dapat meniru personality karakter fiksi panutan mereka karena kurang/tidak cocoknya tampang/rupa mereka tidak memadai, dengan begitu mereka terobsesi terhadap penjahat (villian) dikarenakan nasip menyedihkan diri mereka mulai menumbuhkan idealisme karena perilaku “playing victim” menjadikan mereka terobsesi menjadi orang jahat seperti tokoh fiksi seperti joker atau penjahat lain dengan prinsip idealisme yang hebat, atau mereka ingin mudah sekali marah karena ingin berubah seperti Hulk karena tensi mereka tidak stabil, atau mereka akan mengekspresikan bentuk kekesalan dan kemarahan seperti goku yang ingin berubah menjadi super saiyan, atau entah mereka itu sedang menggandrungi khodam tertentu karena mereka seorang narsistik yang seolah-olah suka bersikap keren yang ingin menjadi bukan dirinya sendiri seperti ala thomas shelby karena krisis identitas diri mereka.

Sedangkan kalangan orang-orang sudah dapat dikatakan dewasa sudah diatas usia 21+ mereka pun sama saja atau tidak ada bedanya karena mudah bersikap olah-olah labil takut salah tingkah dengan berganti kepribadian “switch personality” bukan seperti diri mereka sebenarnya, mungkin takut akan terlihat tidak keren atau kurang baddas atau tidak gacor agar dapat dihormati oleh adik-adik mereka bila mereka merasa lebih senior, karena di zaman sekarang anak-anak dan remaja muda mungkin dapat memperlihatkan prilaku tidak menghormati kepada orang yang lebih tua dari mereka walaupun sudah dianggap “sepuh” sekalipun bila prilaku mereka terlihat akrab, supel, suka berbicara canda riya dengan orang-orang (bersosial) didekat mereka yang lebih muda yaitu anak-anak dan remaja, dengan prilaku ini. Sebab kemungkinan orang sudah tua “sepuh” tersebut akan disepelekan dan diremehkan dengan kehilangan rasa hormat oleh adik-adik dibawah usia mereka, karena walaupun usia mereka sudah tua “sepuh” sekalipun mereka mungkin tidak dihormati karena gaya tingkah laku mereka yang sebelumnya disebutkan periang, yang suka tertawa, melucu, banyak bergurau canda dan tawa itu tidak sesuai dengan wajah/tampang mereka yang “good looking” yang seharusnya bersikap kalem, cool, dan berwibawa agar dihormati adik-adik mereka yang usia di bawah mereka.

Berbeda nasip mereka-mereka yang sudah tua “sepuh” yang berparas buruk seram seperti orang india yang tampak maskulin atau bertampang pasaran bila mereka memperlihatkan perilaku seperti ala orang prindavan pun mungkin adik-adik mereka yaitu anak-anak dan remaja yang lebih muda dari mereka akan lebih dulu menghormati mereka yang sudah tua “sepuh” tersebut karena tampang mereka sesuai dengan prilaku mereka yang bar-bar atau attitude yang ugal-ugalan yang sembrono dalam bersikap suka melucu, periang, yang suka tertawa, banyak bergurau canda dan tawa seperti tingkah orang yang “good looking” yang tidak dihormati karena tampang “good looking” mereka walaupun sudah usia “sepuh” itu perilaku mereka tidak sesuai dengan tampang/rupa mereka yang mengharuskan mereka bersikap cool dengan membiasakan diri dengan pembawaan personality sigma male sejati. Mungkin pemahaman ini memang konyol 😂

Image diri yang berasal dari bentuk/rupa atau tampang/paras mereka dapat menentukan apakah mereka bermartabat atau tidak? Atau dapat mewakili seberapa bermartabatkah mereka sebagai manusia.

Hiburan kita: Spirituality that comes from the charming human face like the face of an angel.

Dan ini adalah pelajaran berharga bagi saya seorang penulis artikel ini dengan menyadari bahwa “tampang/paras atau image diri itu merupakan bentuk dari kehormatan” dan sikap atau prilaku harus selaras dengan tampang/paras mereka, apakah mereka itu “good looking” yang harus cool dan barwibawa atau mereka-mereka berparas buruk seram atau muka pasaran seperti orang prindawan yang terlihat bar-bar yang ber-attitude ugal-ugalan sembrono yang dihormati anak-anak dan remaja pada masa kini karena tampang mereka buruk seram mereka itu pada umumnya memiliki kelebihan yaitu aura mengintimidasi, sehingga kata-kata toxit mereka yang membuat mereka terlihat “baddas” atau gacor yang membuat mereka dicintai para bocil dan remaja karena lebih tampak beringas, dari pada tampang/paras orang “good looking” yang disepelakan karena berparas “semi maskulin/feminim” atau memang terlihat feminim yang mengharuskannya selalu berhati-hati dalam bersikap, dengan jangan sampai salah tingkah karena tertukar perilaku mereka yang “good looking” itu membuat mereka tidak berwibawa sehingga mereka akan diabaikan atau dicuekin (diremehkan) oleh anak-anak dan remaja pada masa kini, karena tidak dapat membuat mereka merasa takut karena aura mengintimidasi yang diharapkan mereka bocil-bocil atau anak remaja itu tidak dapat mempengaruhi mereka. “kamu tidak dianggap seperti angin lewat oleh mereka walaupun mereka menyadarinya”

Choose whom you want to fear: do you want to be afraid of someone tall, big, fierce, and scary shudder, or do you want to be afraid of a nameless monster with a dark soul, like still waters that run deep, which will end your life in eerie calmness and silence!

Penyair Owner,Founder, CEO Hiburan Kita

Dan mungkin artikel ada hubungannya dengan artikel Menghadapi Lingkungan Dengan Orang Julid Dan Nyinyir sebab prilaku sok keren (sok cool) atau jaim ini dibentuk oleh prilaku sosial masyarakat itu sendiri yang membuat setiap individu bersikap seolah-olah menunjukkan sikap keangkuhan atau ketidakpedulian. Karena sikap “jaga image” (sering disingkat “jaim”) adalah perilaku yang dilakukan seseorang untuk menjaga citra atau penampilan dirinya di hadapan orang lain. Berikut adalah beberapa alasan mengapa seseorang mungkin suka bersikap jaim:

Aku ingin sekali bersikap konyol untuk menghibur diriku tetapi itu tidak sesuai dengan bentuk penampilan atau rupa ku.

Owner, Founder, Hiburan Kita

1. Kebutuhan untuk Diterima

Seseorang mungkin bersikap jaim karena ingin diterima dalam lingkungan sosial tertentu. Mereka berusaha menunjukkan sikap atau perilaku yang dianggap sesuai dengan norma atau harapan kelompok tersebut.

2. Ketidakamanan dan Rasa Tidak Percaya Diri

Rasa tidak percaya diri atau ketidakamanan bisa membuat seseorang merasa perlu untuk bersikap jaim. Mereka mungkin merasa bahwa citra asli mereka tidak cukup baik atau menarik, sehingga mereka berusaha menampilkan versi diri yang lebih “baik.”

3. Kehormatan dan Status Sosial

Orang yang ingin menjaga atau meningkatkan status sosialnya mungkin bersikap jaim untuk memproyeksikan citra tertentu. Misalnya, seseorang mungkin ingin terlihat sukses, pintar, atau berkedudukan tinggi di mata orang lain.

4. Menyembunyikan Kekurangan

Beberapa orang bersikap jaim untuk menyembunyikan kekurangan atau kelemahan yang mereka miliki. Mereka mungkin khawatir bahwa kekurangan tersebut akan mengurangi pandangan positif orang lain terhadap mereka.

5. Menghindari Konflik

Sikap jaim bisa juga dilakukan untuk menghindari konflik atau situasi yang tidak nyaman. Dengan menampilkan citra yang lebih “aman,” seseorang berharap dapat menghindari konfrontasi atau kritik.

6. Tekanan Sosial

Tekanan dari masyarakat atau budaya tertentu bisa memaksa seseorang untuk bersikap jaim. Misalnya, di lingkungan di mana reputasi atau kehormatan sangat penting, orang mungkin merasa tertekan untuk selalu menjaga image mereka.

7. Pengendalian Diri

Sebagian orang mungkin secara sadar memilih bersikap jaim sebagai bentuk pengendalian diri. Mereka mungkin berpikir bahwa bersikap jaim membantu mereka menjaga profesionalisme atau reputasi mereka.

8. Peran dalam Masyarakat

Seseorang yang memegang peran tertentu dalam masyarakat, seperti pemimpin, guru, atau tokoh publik, mungkin merasa perlu untuk bersikap jaim agar sesuai dengan harapan atau standar peran tersebut.

Dampak Sikap Jaim

  • Positif:
    • Bisa membantu menjaga hubungan sosial yang baik. (munafik)
    • Menciptakan Kesannya Positif (munafik)
    • Meningkatkan Kepercayaan Diri (munafik)
    • Memproyeksikan citra yang positif dalam situasi profesional atau formal. (munafik)
  • Negatif:
    • Bisa menyebabkan stres atau ketidaknyamanan karena harus terus berpura-pura ( karena munafik).
    • Dapat menghambat hubungan yang lebih dalam dan otentik dengan orang lain (karena munafik)
    • Bisa dianggap tidak tulus atau berpura-pura oleh orang lain (iya karena mereka suka bersikap munafik)

Tips Mengatasi Sikap Jaim

  1. Tingkatkan Kepercayaan Diri: Fokus pada penerimaan diri dan meningkatkan kepercayaan diri untuk merasa nyaman dengan siapa kamu sebenarnya.
  2. Bangun Hubungan yang Tulus: Usahakan untuk membangun hubungan berdasarkan kejujuran dan keterbukaan, bukan pada citra yang dipalsukan.
  3. Kurangi Tekanan Sosial: Sadarilah bahwa tidak ada yang sempurna dan semua orang memiliki kekurangan. Terima bahwa menjadi diri sendiri adalah yang paling penting.
  4. Kenali Nilai Pribadi: Pahami apa yang benar-benar penting, dan jangan terlalu terpengaruh oleh harapan orang lain.

Karena pengalaman saya sebagai penulis artikel ini dulunya sebagai mahasiswa selama 4 tahun tinggal di asrama dekat dengan organisasi BEM memang ada baiknya juga budaya senioritas itu berlaku dilingkungan masyarakat sebab anak-anak dan remaja pada masa saat ini memang tidak tahu adab, tidak tahu etika dan sopan santun kerena ego darah muda mereka yang tinggi dengan tidak atau kurang menghargai orang lebih tua dari mereka.

Kehormatan mu tergantung berdasarkan seberapa menakutkannya dirimu (fearless).

Hiburan Kita – It is better to feel afraid than to be disrespectful.

Mungkin bagi mereka terutama kalangan anak-anak dan remaja generasi Z (tahun 2010 – era presiden Jokowi 2014) atau generasi muda diatasnya mengenai rasa hormat ialah kehormatan itu tidak diminta tetapi kehormatan itu di cari (bukan diminta) karena “mereka generasi muda sekarang mungkin belum pernah merasakan jadi tua itu bagaimana apakah mereka ketika tua nanti akan pasrah atau dikatakan wajar bila mereka dicaci maki oleh genereasi masa depan yang jauh lebih muda dari mereka karena bodoh dan lemah nantinya ketika mereka sudah tua termakan usia?” karena karma itu pasti berlaku sebab generasi masa kini mereka tidak peduli seberapa tua usia orang lain itu bila tidak terlihat (menakutkan) pantas dihormati karena rasa hormat itu bagi mereka bocil-bocil dan remaja kepada seseorang yang berusia tua itu tergantung berdasarkan seberapa buruk seram wajah seseorang berserta seberapa besar tubuh mereka alias tidak setara (Respect). Karena mereka tidak memperdulikan kualitas diri seseorang berupa kecerdasan dan kebaikan hati (kebijaksanaan). Sebab bagi mereka tidak/kurang beradab kehormatan itu tergantung dari penampilan seseorang yang mempunyai bentuk rupa yang memiliki aura yang dapat “mengintimidasi” mereka. Dan perlu dipahami pengalaman hidup generasi old berupa pengalaman hidup jauh lebih berharga dari pada Kepintaran (Wawasan) bahkan kedua itu jauh lebih terhormat dan berharga dari pada kecerdasan IQ mereka.

Orang-orang sontoloyo itu akan merasa dirinya itu hebat dan angkuh karena kebodohan mereka yang tidak memilik pengalaman hidup yang baik yang dapat menjadi petuah bagi orang lain.

Hiburan Kita

Karena semangkin bahlul yang diartikan banyak orang yaitu “bodoh” bukannya “pintar” yang seharusnya orang-orang semangkin banyak pengikutnya. Tetapi bahlul itu disini karena “bodoh” sebab miskin akhlak, miskin etika, miskin moral, miskin attitude, atau miskin adab (fakir) tetapi berfollowers.

Akhir Kata:

Pengalaman yang saya rasakan yaitu: kehormatan seseorang itu tergantung berdasarkan kekuatan vibrasi mereka, karena dengan kekuatan vibrasi akan membuat orang lain memusuhimu (membenci atau tidak menyukaimu) karena aura vibrasimu menarik aura negatif orang lain terhadap dirimu, aura positif mu seperti magnet menarik aura vibrasi negatif orang lain terhadap dirimu, karena rupa “good looking” mu menarik orang lain untuk menyepelekan dan meremehkan dirimu dengan bersikap tampak tidak menghormati mu.

Karena kehormatanmu tergantung berdasarkan image mu atau bagaimana rupamu.

Konten di bawah ini adalah iklan dari platform lain. Media kami tidak terkait dengan konten ini.

Tinggalkan Balasan