Pemikiran Bias Berbahaya

Bagikan bila kamu menyukainya 💖

Peringatan!!! Artikel ini khusus untuk usia 21 tahun ke atas karena mengandung topik yang berat, rumit, dan menyesatkan!

Bila anda belum cukup umur tinggalkan halaman atau artikel ini !!!

Perhatian: Artikel ini berisi karya filsafat dan sastra yang diambil dari jurnal pribadi penulis, yang mungkin sulit dipahami jika anda belum memiliki pengalaman hidup yang serupa atau jika pengalaman hidup anda minim dan terbatas. “Hidupmu hanya untuk merasakan kebahagiaan semata!”

Pada dasarnya manusia itu akan hancur oleh kebahagiaan itu sendiri, karena manusia itu hidup hanya untuk mementingkan ego dan nafsu mereka sendiri dengan saling menjatuhkan, dan mencelakai sesama karena persaingan hidup dalam mencapai kebahagiaan.

Hiburan Kita

Artikel Hiburan 21+ ini berisi ungkapan atau teori (tesis) sudut pandang bias penulis.

Pemikiran Bias Yang Berbahaya Dalam Kehidupan

Pemikiran Bias Berbahaya !!!

Di dalam kehidupan dunia ini memang sangat rumit, dan ada banyak hal yang sulit dipahami. Banyak pemikiran bias yang kita ciptakan sendiri, yang membuat kita kesulitan memahami pemikiran kita sendiri. Entah ini berasal dari intuisi, kecerdasan, atau perasaan/emosional yang kompleks, yang membuka gagasan pola pikir baru dari sebuah pemikiran yang unik, menciptakan filosofi kehidupan kita sendiri (Dangerous Thinking), yang membuat kita berbeda dari kebanyakan orang dalam menyikapi kehidupan ini, entah itu baik, benar, atau salah.”


Bias #1: Hal pertama yang akan membuat kamu pantas dihargai orang yaitu bukan karena kamu itu orang baik. Tetapi apa yang kamu punya/ kamu miliki. Mereka tidak akan peduli seberapa baik diri kamu bila kamu tidak mempunyai atribut yang menempel pada diri kamu seperti pangkat dan jabatan. Dan ini sesuatu yang umum dipandang banyak orang bahwa dengan memiliki atribut seperti pangkat dan jabatan kamu akan menjadi orang yang memiliki kewibawaan dan lebih dihargai di mata masyarakat karena mereka hanya melihat siapa diri kamu. (Total Respect+)

Bias #2: Jika kamu memiliki perasaan belas kasih yang kuat terhadap kebaikan dan kepedulian dalam memandang kehidupan, sikap welas asih baperan dari rasa kasihan atau rasa gampang merasa iba terhadap sesama manusia dapat membuat dirimu dipandang sebelah mata, diremehkan dan disepelekan di mata orang lain. Mungkin karena dianggap lemah, lembek, memiliki hati yang mudah terbawa perasaan (emosional). Selain itu, manusia pada dasarnya cenderung memanfaatkan kebaikan orang lain. Hidup ini keras, seperti pepatah ‘makan atau dimakan, tikam atau ditikam dan sebaiknya kita tidak menjadi orang yang terlalu naif.

Bias #3: Orang lain tidak akan peduli dengan kebaikan kamu tetapi mereka akan memberikan reaksi atau respon yang kuat secara berlebihan atas kejahatan kamu. Karena orang-orang atau masyarakat seolah akan berperan seperti penyiar kejadian “viral” di suatu media dengan menikmati momen di luar nurul di kehidupan orang lain dengan lebih menyoroti keburukan atau kejahatan kamu karena mereka tidak peduli dengan kebaikan kamu untuk di jadikan suatu konten di media mereka. Hal demikian sama dengan reaksi masyarakat atau banyak orang. karena kebaikan itu murah harga nya untuk dijadikan konten sedangkan kejahatan atau keburukan itu mahal harganya untuk dijadikan konten viral. “Tergantung konteks perubahan zaman, bila perbuatan kebaikan dianggap biasa, sehingga kurang/tidak perlu lagi untuk disyukuri

Manusia itu niscaya akan mengalami kehancuran bila pada masanya manusia itu hidup selalu hanya ingin menerima kebaikan, dengan cara mereka hidupnya hanya berharap pada kebaikan, yang menjadikan mereka tidak tahu diri atau tahu diuntung karena kebaikan sudah dianggap biasa sehingga kebaikan itu menjadi perbuatan yang tidak perlu lagi untuk disyukuri karena semua manusia telah menjadi (insan) orang baik.

My Journal- Human fear stems from not receiving kindness from others.

Manusia itu niscaya akan mengalami kehancuran bila pada masanya manusia itu hidup hanya ingin selalu menerima kebaikan dengan memanfaatkan kebaikan orang lain atau dengan cara mereka hidupnya hanya mengaharapkan kebaikan, yang menjadikan mereka tidak tahu diri atau tahu diuntung karena kebaikan sudah dianggap biasa sehingga kebaikan itu menjadi perbuatan yang tidak perlu lagi untuk disyukuri karena menganggap sudah seharusnya manusia itu berbuat baik.

My Journal Without darkness, light would never exist, and light gives birth to darkness.

Bias #4: Orang lain akan menganggap kebaikan mu menjadi tidak bernilai (tidak berharga) karena satu kesalahan yang kamu perbuat, semua kebaikan yang kamu lakukan tidak akan ada artinya karena 1 kejahatan saja. karena kebaikan bernilai murah harganya sedangkan kejahatan bernilai mahal karena konsekuensinya berdampak pada jiwa mu. Dan bila kamu hidup di lingkungan bersama orang-orang naif, labil dan tidak tahu diuntung yang selalu ingin menerima kebaikan yang pada akhirnya kebaikan itu dianggap biasa saja. Dan konteks masalah kecemburuan karena kebaikan dapat menyebabkan orang lain membencimu karena kamu dianggap berbeda sehingga tidak disukai orang lain karena kamu mempunyai pesaing atau pembenci (rival/haters) kamu akan mudah dikucilkan bahkan dimusuhi sehingga keburukanmu disebarluaskan (menjadi viral) agar dibenci banyak orang karena 1 kesalahan yang telah kamu perbuat. Karena banyak pembenci merekayasa ulang cerita sesuai dengan pendapat mereka sendiri berdasarkan apa yang dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka sendiri akhirnya menjadi pembenaran untuk diri mereka atau karena mereka seorang “playing victim” dengan menganggap perlakuan dan tindakan mereka baik dan benar untuk memperlakukan orang lain itu secara tidak baik, kelihatan jahat tetapi baik atau benar bagi keadaan mereka saat ini yaitu merasa cemburu, iri, dengki hati atau karena rasa sakit hati, mereka tidak merasa bersalah ketika melakukan perbuatan yang menyakiti bahkan merugikan orang lain. (Savage Justice) >> Bias #12

What you consider to be good might be evil, and what is considered right could be unjust. Thus, goodness can sometimes give rise to evil.

Hiburan Kita “Absolute justice can be achieved through annihilation or destruction” (copyright)

Sometimes good itself is evil

Hiburan Kita “Attaining ultimate justice might involve annihilation or destruction” (copyright) for thy justice is evil to me.

Sometimes good itself is evil

Hiburan Kita

Bias #5: Kebaikan seseorang akan selalu dianggap perbuatan yang kurang bernilai, atau kurang/tidak berguna bahkan sengaja disembunyikan saksi mata masyarakat atau media, maupun dalam persidangan. sedangkan keburukan atau kejahatan akan paling utama mencul ke permukaan untuk dibesar-besarkan, disorot media untuk menghakimi orang tersebut. 🤔

Bias #6: Kebaikan bisa saja membuat kamu tidak di hargai orang lain, tetapi bila kamu orang jahat kamu akan dibenci dan dimusuhi banyak orang. (Takdir dan nasipmu mirip seperti orang laduni?)

Bias #7: Orang bertampang sangar buruk seram mirip buser akan lebih di segani dan dihormati orang lain dari pada orang good-looking 💔??

Bias #8: kebaikan hanya boleh dilakukan oleh orang jahat. Sedangkan orang yang biasanya tidak jahat atau dapat dianggap sebagai orang baik, namun melakukan tindakan jahat, mungkin disebabkan oleh kebodohan yang berasal dari kenaifan.

Jadilah orang jahat karena orang jahat bisa menjadi orang baik, dan orang baik belum tentu bisa menjadi orang jahat karena mereka golongan putih. Bila orang baik itu mampu menjadi jahat berarti kebodohan yang berasal dari kenaifan mereka (orang labil abu-abu), dan mereka orang baik (golongan putih) akan mudah dibenci banyak orang karena mereka itu dulunya orang baik yang melakukan kesalahan yang menyebabkan mereka dianggap jahat (orang lain yang mengenal kamu sebagai orang baik, malah menilai kamu orang yang buruk, tercela dan mereka menjadi orang yang tidak tahu diuntung). karena menjadi orang baik itu besar tanggungjawab nya karena orang lain justru lebih tidak tahu diuntung dengan kebaikan yang pernah kamu lakukan. Dengan begitu mengapa lebih mulia menjadi orang jahat karena terbebas dari tanggungjawab untuk menjaga jati diri, kepercayaan, dan perasaan orang lain karena kamu lebih dulu sudah dianggap orang jahat yang berwibawa karena dapat menjadi orang baik “Sang Penyelamat”. Dan kesimpulannya orang jahat itu berasal dari orang baik yang tersakiti, mereka dapat menjadi golongan hitam atau putih atau orang baik dan jahat yang setengah-setangah itu sama dengan = orang labil yang naif (golongan orang abu-abu). Dan orang jahat/golongan hitam (absolute) yang bijaksana itu tahu kapan harus menjadi orang “baik” karena benar dan mereka juga tahu kapan harus menjadi “jahat” karena tahu kebaikan itu belum tentu benar.

Owner/founder/ceo ~ hiburan kita. Dangerous mind and morality (copyright)

Orang golongan hitam itu berbeda dengan orang pemarah dan orang kasar (sumbu pendek) yang sering dibilang/dianggap sebagai orang jahat. (serupa tapi tidaklah sama) Karena ini antara psikis dan mental yang kedua kata tersebut hampir mirip tetapi memiliki makna berbeda karena sering kali tumpang tindih dan bergantung pada konteksnya, atau pada dasarnya serupa tetapi memiliki pengertian berbeda seperti mentalitas dan moralitas, mereka berintelektual, arif, dan bijaksana tetapi mereka berasal dari golongan hitam yang tidaklah serupa dan tidaklah sama dengan dark triad. Sifat kategori orang golongan hitam yang biasa dikatakan negatif tetapi tidak bisa dikatakan jahat (baik), dan sifat kategori orang golongan putih yang biasa dikatakan positif tetapi tidak bisa dikatakan baik (jahat), cahaya putih terang yang menyilaukan itu tidak bisa tidak dikatakan baik karena itu adalah cahaya jahat, sedangkan kegelapan hitam menakutkan itu tidak bisa dikatakan buruk/jahat karena itu wujud kebaikan atau tempat kemahahadirannya keilahian (tanpa kegelapan tidak akan dapat melihat cahaya ilahi), dan sopan santun atau perlakukan ramah biasa dianggap baik tetapi dapat dianggap sebagai kemunafikan, dan kemunafikan yang biasa dianggap perbuatan jahat tetapi juga dianggap sebagai kebaikan.

Whoever understands darkness, then he is the one who knows the true essence of truth which has been hidden by the light of hypocrisy

Owner/founder/ceo ~ penyair hiburan kita

Bias #9: Orang bodoh jauh lebih berbahaya dari pada orang jahat, sebab orang-orang bodoh ternyata lebih jahat dari pada orang jahat dan sama berbahayanya melebihi orang jahat. karena mereka sudahlah bodoh, jahat, kuat pula, entah mereka kuat dari segi fisik atau dari kekuasaan/otoritas mereka. Otak mereka demikian lemah dan tumpul, terutama kepekaan moralitas mereka yang agresif, toxic dan cendrung egois, mereka miskin empati cendrung mentendensi menjadi serakah maka orang bodoh cendrung tingkah lakunya ********* karena sudah putus urat malunya. Kebodohan adalah kejahatan, menjadi bodoh sama artinya menjadi bagian dari kejahatan itu sendiri.

Orang bodoh lebih berbahaya dari orang jahat, tetapi yang lebih berbahaya lagi sudah lah bodoh jahat pula. Dan kebodohan awal mula munculnya perkara dari semua perkara. (But…..smart and intelligent people tend to be more dangerous if they are bad people)

Owner/founder/ceo ~ hiburan kita

Maka, jangan pernah kamu memberikan hati kebaikanmu kepada orang pintar atau cerdas tetapi berwatak tabiat buruk, hati kerdil atau busuk. Sebaliknya, berikanlah kebaikan hatimu kepada orang bodoh yang memiliki akal budi atau hati yang tulus baik, maka mereka akan selalu mengingat perbuatan kebaikan mu kepada mereka walaupun mereka itu orang bodoh, bukannya tidak tahu diuntung/tidak tahu berterima kasih yang pada akhirnya mereka itu selalu berharap menerima kebaikan, mereka bisa menjadi orang yang begitu keterlaluan dengan menyalahkan kamu yang pada akhirnya mereka begitu mudah melupakan kebaikan yang mereka terima dari mu karena rasa tidak senang/benci karena satu kesalahan yang tidak mengenakan mereka.

Dan orang yang biasanya menyebutkan kamu pelit dan kamu jahat itu artinya mereka adalah orang yang tidak tahu diuntung dan tidak tahu berterima kasih atas kebaikan atau materi apa yang mereka terima dari kamu Karena orang dengan tabiat atau mentalitas seperti ini bila kamu meminjamkan uang kepada mereka (bukan keluarga), mereka akan sulit mengembalikannya bahkan mereka bisa saja kabur tanpa rasa bersalah. “sifat manusia itu pada dasarnya hanya memanfaatkan kebaikan orang lainBias#20)

Bias #10: Jangan pernah menghargai orang yang menghargai kamu berdasarkan keberhasilan hidup kamu, seperti pakaian dinas, pangkat dan jabatan (kesuksesan), tetapi hargai lah orang yang menghargai diri kamu apa adanya selayaknya manusia biasa ibaratkan telanjang bulat yang tidak mempunyai apa-apa. Mereka hanya lah penjilat atau orang yang memanfaatkan kebaikan kamu (ketika kamu sebagai orang gagal kamu dibuang atau disepelekan, ketika kamu berhasil mereka akan berlaku baik kepadamu), dan untuk kamu renungkan realita kehidupan ini True Or Not (Mereka tidak akan sebaik itu bila kamu tidak sukses). Dan untuk kamu yang dulunya tidak dihargai, dihina atau di sepelekan sudah sepantasnya menjadi sombong, orang lain yang dulu menyepelekan mungkin hanya bisa bilang kamu orang sombong. Orang sombong teriak sombong, orang jahat teriak jahat, orang angkuh teriak angkuh, orang songong teriak songong, dan tidak menyadari orang lain bisa begitu karena dirinya lah yang membuat orang lain begitu, yaitu diri kamu sendiri. Banyak orang jahat karena picik berkeliaran dalam kehidupan kita yang ingin dihargai atau ingin perlakukan dengan sifat baik. Dan karena kurangnya mutu/kualitas diri mereka akan membuat pembenaran karena ego mereka.

Maka kita sebagai manusia biasa memang sepantasnya menjadi sombong, bila tidak, itu artinya kamu memang pantas diremehkan dan disepelekan orang lain. karena sebagian orang mendekati mu bukannya ingin untuk berteman dengan tulus terhadap dirimu, tetapi untuk merasakan manfaatnya atau memperoleh keuntungan semata, atau “apa gunanya mengenalimu dan apa manfaatnya menjalin hubungan dengan mu” mereka hanya ingin melangkahkan kaki mendekatimu hanya mencari manfaatnya saja (tidak tulus), bisa diantaranya bertujuan untuk memperoleh peningkatan status sosial dan merasakan peningkatan “fear factor” berupa harga diri mereka agar disegani oleh orang lain karena memiliki kenalan orang hebat yang bertaring. Dan mungkin mereka ingin memastikan kamu untuk celaka juga karena mereka hanya ingin memperoleh manfaat/keuntungannya saja diantaranya memanfaatkan kebaikan kamu dalam mengenalimu untuk menjadikan kamu teman kenalan atau teman dekat mereka dalam tujuan mendapatkan keuntungan semata karena telah menunjukkan kebaikan mereka “sok asyik dan sok akrab” atau attitude yang sengaja diperbuat terhadap dirimu (perilakunya yang dibuat-buat) atau ingin mengharapkan/memperoleh komisi telah menjilatimu.

Bias #11: Jadilah orang orang jahat bila kamu pada dasarnya orang yang lembut, penyayang dan baik hati (kembali ke setelan pabrik). Dan jangan pernah jadi orang baik bila kamu orang naif. Karena hitam atau putih sebagai perwujudan kebaikan dan kejahatan yang tak pernah mutlak. Kebaikan hati adalah sumber kejahatan karnanya banyak sekali orang yang memanfaatkannya “kejahatan tercipta karena adanya kebaikan dan kebencian tercipta karena adanya cinta” dengan demikian keragu-raguan pun mulai tercipta di hati kita dan akhirnya mencegah kita untuk berbuat kebaikan, karna takut kebaikan hati itu akan berdampak merugikan diri kita sendiri. Dan pada dasarnya tidak ada orang yang bener-benar baik dan jahat, yang ada hanyalah abu-abu. Hitam dan putih itu gak berlaku bagi kita sebagai manusia biasa. “fear and hatred

Bias #12: Adakala nya kedamaian sejati itu adalah angan-angan belaka karena pengangguran, ketidakberhasilan, dan ketimpangan ekonomi itu sendiri, hal ini dapat memicu emosi negatif yang disebabkan oleh berkembangbiaknya penyakit hati seperti kebencian yang melahirkan kejahatan karena rasa iri dengki cemburu kepada orang yang berhasil (sukses) dalam berbisnis yang mereka anggap sangat menggiurkan bagi mereka. Karena manusia itu pada dasarnya hidup berlandaskan ego maka kedamaian sejati itu adalah angan-angan belaka karena seseorang yang tidak mengenal arti penderitaan tak akan mengenal atau tidak tahu seperti apa nikmat dari arti kedamaian sejati itu karena belum pernah merasakan hidup susah, mengalami penderitaan atau memikirkan penderitaan karena rasa sakit, merasakan arti penderitaan karena dimana setiap orang saling mengerti hanyalah sebuah angan-angan, dan kedamaian tidak akan pernah membawa keadilan karena semua akan ada latar belakang yang benar. Lalu apakah kamu dapat menjawab apa itu keadilan? Di dunia yang penuh ironi, keadilan yang tak disertai kekuatan bagai bayangan kosong yang kelam, atau sebatas impian yang dihempas angin (kemandulan), sementara kekuatan yang tanpa keadilan hanya menjadi rupa kekerasan belaka. Dan seandainya scars give birth to vengeance dijuluki sebagai justice, niscaya justice akan melahirkan vengeance dan menjelma menjadi mata rantai kebencian.

Bias #13: Ilmu yang kamu ajari atau kamu bagaikan terhadap orang lain terkadang bisa saja membuat kamu hancur oleh ilmu yang kamu bagikan bila orang yang menerima ilmu tersebut mempunyai hati, watak, tabiat yang tidak bersih. watak,tabiat yang tidak baik (buruk) mereka cendrung tidak tahu berterima kasih atau dengan bersikap diam bersyukur untuk memikirkan cara berbalas budi. Ilmu berharga yang kamu bagikan bisa saja berdampak merugikan dirimu, karena ilmu bisa menjadi senjata yang menikam tuan/guru nya sendiri bagi mereka yang tidak tahu di untung atau tidak tahu berterima kasih (pepatah air susu dibalas dengan air tuba: di bidang ilmu).

Bias #14: Tekadang orang lemah itu jauh lebih berbahaya dari pada orang kuat, karena mereka sudah lah lemah tidak tahu diri pula, mereka cendrung sering bersikap “playing victim” bila mereka sudah tak berdaya. Padahal merekalah pelaku utama dalam perkara tersebut entah itu perbuatan yang disengaja atau tidak, karena itu terkadang orang lemah kemungkinan cendrung bisa kategori orang licik dan bisa saja berbahaya. Karena kelemahan adalah sumber kekuatan mereka, terutama kemampuan untuk mempengaruhi empati belas kasih dengan mempermainkan emosi atau perasaan orang lain (netizen) yang pada akhirnya dapat memberdayakan hukum.

Bias #15: Di dalam kehidupan ini hanya lah untuk yang kuat dan pemenang saja, bila kamu lemah kamu akan diabaikan dan disepelekan, sebab dizaman sekarang orang lain hanya melihat seberapa hebat dan kuatnya dirimu, mereka tidak akan peduli kelakuan baik kamu bila kamu lemah. “Zaman sekarang orang dewasa seperti anak-anak yang hanya menghormati orang lain yang hanya terlihat lebih kuat, tangguh, atau orang yang sama hebat atau lebih hebat dari mereka (kaya materi) yang menciptakan “fear factor” yang kemudian membentuk rasa “respect“. Dengan begitu “lebih baik dicap sebagai orang berbahaya dari pada dicap orang lemah, dan lebih baik dibenci dari pada diremehkan“.

Bias #16: kebaikan adalah awal mula munculnya kejahatan karena kebaikan bisa saja menjadi alasan seseorang bisa menjadi jahat, karena kebaikan yang mereka lakukan sendiri, maupun sifat dari kebaikan yang membelenggu siapa saja. Dari contoh pengalaman saya jangan pernah berbalas budi kepada orang yang menuntut kebaikan yang pernah ia lakukan untuk meembuat kamu tidak berdaya yang pada akhirnya kebaikan mereka dapat mengendalikan dirimu, membuat kamu patuh dan tunduk kepada mereka, atau kebaikan yang mereka lakukan dapat membuat mereka kebal dari kesalahan yang sangat merugikan kamu yang mereka lakukan pada saat ini. Dan kebaikan mereka akan membuat mereka bisa menjadi berkuasa karena kelebihan dan kehebatan mereka yang tidak dimiliki oleh kamu yang pada akhirnya kamu tak merasa keberatan meminta tolong kepada mereka maupun senang hati menerima penawaran/pertolongan dari mereka yang pada akhirnya kamu terjebak dalam hutang balas budi.

Contoh yang saya berikan, apa jadinya diri kamu bila kamu mempunyai saudara kandung yang selalu ingin selalu menang dari kamu dalam segala persoalan hidup kamu karena mentalitas ego mereka merasa dirinya lah yang paling benar dan paling baik playing victim+superioritas karena mereka menuntut balas budi “narcissistic“atau membuat mereka kebal dari kesalahan dosa yang mereka lakukan saat ini atau masa lalu (pantas membela diri) dengan berkoar-koar secara dramatis tiada henti memperjuangkan kebaikan/pertolongan yang kamu terima dari dia yang membuat kamu tak berdaya, karena senjata mereka adalah kebaikan “critical damage” yang pada akhirnya membuat kamu terjatuh dalam kebencian yang tak sadar membuat kamu menjadi jahat pula “emotional damage“. Dan ini pengalaman nyata yang langsung saya alami, belum lagi masalah ini pernah terjadi lagi kepada orang lain (bukan keluarga) sungguh menakutnya kebaikan itu bukan? Dan karena kebaikan mereka akan bermain di atas panggung dramanya mereka sendiri.

Karena orang yang menyebutkan kebaikan yang pernah dilakukan oleh dirinya, (menghitung kebaikan) itu adalah orang sangat jahat, dan mereka orang yang benar-benar orang jahat yang sesungguhnya (tidak tulus). Dan banyak orang jahat yang merasa bahwa dirinya itu adalah orang benar/baik dan sering melakukan tindakan “playing victim” bila mereka merasa terancam, tidak aman, dan tak berdaya karena hal ini mereka akan membalas kelakuan jahat yang mereka anggap itu baik/benar bagi mereka.

Owner/founder/ceo ~ hiburan kita.

Setiap manusia akan selalu dibelenggu oleh kebaikan yang telah diperbuat oleh orang lain yang berguna memberdaya dan memanfaatkan kebaikan mereka untuk mengeksploitasi orang yang telah terjerat oleh kebaikan. Mereka sebagai pelaku kebaikan secara sadar menulis daftar kebaikan mereka di atas kertas putih atau sejarah ingatan dari riwayat kebaikan mereka untuk disampaikan kepada orang lain untuk mereka eksploitasi, karena dengan memanfaatkan kebaikan satu sama lain karena kebaikan itu pasti akan berguna untuk tujuan investasi kebaikan sebagai kebanggaan yang dapat melahirkan kejahatan dan kesombongan.

Orang yang bergerak, bertindak atau beraktivitas dengan hati akan banyak orang yang ingin mendekati karena mereka ingin memanfaatkan kebaikannya, karena orang lain menganggap ia sama tulusnya seperti dirinya, padahal pada dasarnya tidak demikian, dan orang yang baik hati itu akhirnya tertipu karena menganggap orang itu sama tulusnya sepertia dia juga, dengan ini kamu akan merasakan rasa sakit hati yang menyakitkan karena hati mu yang baik itu saatnya tiba akan mengalami kekecewaan karena ketulusan yang berasal dari kebaikan hatimu terkhianati oleh orang yang kamu percayai karena kekuatan cinta itu akan membentuk perbuatan yang dapat dikatakan jahat atau tidak mengenakkan.

Cinta itu adalah rasa nikmat dari kebodohan dan rasa nikmat dari keegoisan itu sendiri.

Owner/founder/ceo ~ hiburan kita.

kekuatan cinta yang dapat menghancurkan cinta itu sendiri dan cinta itulah yang dapat melahirkan kebencian.

Owner/founder/ceo ~ hiburan kita.

Kehidupan ini adalah ironi dalam pesona keindahan duniawi yang dihiasi oleh keharmonisan, karena segalanya akan tampak baik-baik saja padahal di baliknya terdapat entitas yang menciptakan anomali, yaitu cahaya dan kegelapan yang menghasilkan ilusi fatamorgana. Yang menyiratkan bahwa, apa yang tampak sebagai kebaikan yang berasal dari kedamaian itu sebenarnya adalah kemunafikan.

Bias #17: Apakah kamu menyadari hidup ini semangkin bergerak maju, kehidupan ini tampak dan terasa bergerak dinamis yang membuat setiap orang berusaha keras untuk berjuang dalam bergerak semangkin maju/berkembang dan lebih membanggakan kemajuan dalam keberhasilan hidup mereka yang pada akhirnya membuat kehidupan ini terasa kompetitif yang membuat setiap orang saling meremehkan satu sama lain. “Hidup ini dirasa untuk saling meremehkan karena rasa superioritas yang dirasakan” yang lucunya bila mereka diremehkan orang yang lebih dari mereka, mereka merasa dirinya adalah korban “playing victim” dan tidak menyadari dirinya lah termasuk sebagai pelaku yang secara langsung berkontribusi dalam menciptakan anomali lingkungan yang membuat setiap orang dalam skala lebih luas membentuk fenomena sosial dan budaya lingkungan baru yang tak pernah ada sebelumnya.

Terkadang hidup bermasyarakat itu keras seperti hukum rimba dalam hukum sosial, siapa yang tajir kaya raya dan siapa perpangkat/jabatan itulah yang berkuasa, bila bermasyarakat lebih mementingkan ego dan rasa superioritas mereka. Maka kegiatan rutin yasinan dan gotong royong itu dapat memperbaiki dan menjaga hubungan silaturahmi dalam membentuk masyarakat yang welas asih, walaupun kegiatan rutin yasinan dan gotong royong itu tidak sepenuhnya dapat merubah ego dan rasa superioritas individu dalam menjaga keharmonisan.

Owner/founder/ceo ~ hiburan kita.

Bias #18: Dalam kehidupan bersosial, kamu yang menentukan bagaimana nasip diri kamu sendiri dalam menjaga harga diri teman kamu dalam berhubungan dengan kamu. Bila kamu tampak lemah dan menyedihkan kamu akan diabaikan dan disepelakan (diremehkan) karena mereka mungkin dapat merasa malas atau entah malu telah berkawan dan mengenal kamu, karena kamu tidak dapat menjaga dan atau meningkatkan derajat harga diri mereka, mereka cendrung lebih bangga dan merasa senang hati bila berkawan dengan orang hebat, karena berbadan kuat, tinggi besar dan tampak sangar buruk seram (buser) sebab mereka cendrung akan merasa “aman” karena tampak meyakinkan dan dapat mereka manfaatkan dalam situsi sulit (dapat diandalkan) sekaligus dapat meningkatkan rasa bangga atas meningkatnya rasa superioritas karena mempunyai kenalan orang yang kuat. (karena menjadi orang baik, pintar/cerdas saja tidak cukup untuk dihargai orang lain). Dan orang lemah yang saya sebutkan tadi di awal memang harus lebih kuat lagi bila tidak sanggup kuat secara fisik (genetik tubuh kamu kurus, pendek) maka kamu harus kuat dari profesi pekerjaan yang mempunyai atribut pangkat dan jabatan yang dapat disegani orang lain, maka kamu yang dianggap sebagai orang lemah yang memiliki atribut diri yang kuat (bukan karena tampang dan fisik) maka akan banyak orang yang menyapa, menegur untuk berminat berkawan dengan kamu dengan menjilati mu !

Dan ini merupakan alasan yang logis yang terselubung:

  • mengapa banyak pria berbadan kecil jauh lebih berbahaya dari pada pria berbadan besar?
  • pria tampak culun jauh lebih mematikan dari pada pria buruk seram?
  • problematika psikologis dan emotional orang goodlooking atau karena bertampang culun dan orang berbadan kecil kurus pendek adalah apakah mereka ingin menjadi orang yang diremehkan karena menjadi orang baik, atau menjadi orang yang dibenci karena menjadi orang jahat? (lebih baik dibenci dari pada diremehkan) kedua-dua pilihan tersebut serba salah, karena beralasan lingkungan mereka yang membuat mereka menjadi “nameless monster” pada di lingkungan mereka yang lebih memandang individu berdasarkan “fear factor” agar tidak dipandang sebelah mata. Dan dengan bersikap sombong karena merasa takut dengan harga diri mereka yang rapuh, terkadang mereka ingin memberi paham dengan cara yang tidak baik atau keras dengan terlihat sombongnya agar orang lain paham bahwa mereka pantas diperlakuakn dengan baik atau ingin untuk dihargai sepantasnya atau sebaliknya membuat semangkin tidak dihargai. Mereka juga tahu dunia itu kejam, jahat, dan tidak adil kepada mereka, mereka merasa lebih baik menjadi jahat sebelum di jahati dan lebih baik menghianati sebelum dihianati. Dan dengan alasan yang jelas dan kuat ini terkadang mereka bisa saja menjadi individu yang berbahaya yang jauh lebih jahat.
  • Orang yang memiliki daya tarik secara magnetik dan karismatik karena terlihat gagah (softboy+goodlooking) cenderung bisa menjadi orang yang tidak beruntung “sial dan malang“, karena mereka rentan terhadap pelecehan dan penghinaan jika berada atau tinggal di lingkungan yang tidak sehat yang cenderung “toxic”, di mana orang-orang di sekitarnya lebih sering menilai orang lain (individu) berdasarkan “fear factor” yang dapat membentuk “rasa respect” agar disegani dan dihormati. Anda sopan kamipun segan itu tidak sepenuhnya berlaku di lingkungan yang tidak sehat “toxit”
    • Orang tampang buruk seram menghadapi situasi mencekam, keras dan menantang pada peristiwa konflik tertabrak atau ditabrak kendaraan saat berlalu lintas dapat mereka selesaikan dengan mudah, karena orang lain akan malas berurusan lebih serius dan mereka kan lebih memilih ingin cepat menyelesaikan perkara sesegara mungkin atau melalui jalur damai “fear factor”. Sedangkan orang yang terlihat goodlooking lebih baik diam saja, jangan bertingkah dengan emosian, cukup diam lalu lihat sendiri apa yang akan terjadi? Apakah mereka ingin membesar-besarkan/memperburuk masalah dengan kamu atau tidak? Bila tidak berarti tampang goodlooking mu itu seperti malaikat yang mempunyai aura mengasihani atau mereka itu pada dasarnya orang baik? Atau dalam kasus lain orang yang menabrakmu malah menjadi kesetanan dengan emosian melihat lawan konflik mereka itu seperti apa (cupu) dan mereka merasa keberatan untuk bertanggung jawab “fear factor”
    • Orang yang goodlooking atau karena cupu/softboy, atau mereka terlihat lemah karena berbadan kecil kurus pendek, terkadang bisa sulit memiliki teman karena sulit mencari circle pertemanan yang mau menerima mereka, alasan nya orang merasa males berteman dengan orang yang tidak dapat membuat mereka merasa takut “fear factor”. Kalau tidak karena alasan ini, tentu ini sangat tidak menguntungkan bagi mereka, mereka hanya bisa meremehkan dan menyepelekan karena tidak dapat mereka manfaatkan untuk melindungi mereka (pasang badan) atau mereka yang merasa haus akan rasa superioritas punya teman kenalan orang kuat tinggi besar yang buruk seram. (kecuali kamu itu orang kaya atau seorang pengusaha sukses atau ASN/PNS kamu akan aman dengan anomali ini).
    • Anak-anak dan remaja dijaman sekarang hanya menilai orang berdasarkan covernya saja, dan mereka itu bisa dikatakan adalah seorang penjilat cover karena mereka lebih menghargai dan menghormati cover seseorang (menghargai dan menghormati orang lain dari berdasarkan covernya saja) dari pada kualitas diri seseorang “fear factor” karena dizaman sekarang anak-anak dan remaja jauh lebih tidak beradap dan tidak tahu etika sopan santun, mereka cendrung suka meremehkan orang tua karena mereka tumbuh dan berkembang secara tidak terdidik secara moral dan akhlak dalam bersikap, atau tata krama bersikap dengan baik dan benar (attitude) cara menghormati orang yang lebih tua dari mereka. “Lebih baik merasa takut dari pada kurang ajar
    • Tanpa konsep Fear Factor pada diri seseorang dapat mempengaruhi tingkat kesabaran atau emosi orang lain terhadap dirimu, karena orang lain lebih terlihat mudah emosian dan sensitif ego nya terhadap individu yang memiliki low fear factor atau apa yang membuat dirimu pantas untuk ditakuti oleh orang lain, karena rasa untuk saling menghormati (respect) dan rasa segan itu tidak akan ada tanpa efek fear factor (jangan naif), misal fenomena kekerasan atau penganiayaan sering terjadi karena mudahnya seseorang tersinggung dan terpancing emosi oleh hal sepele yang disebabkan orang yang menyinggung tersebut terlihat lemah, kurus, pendek atau cupu dimata mereka, karena tampak mudah dimakan dengan maksud memeras untuk ganti rugi dengan gaya kasar, membentak, atau mengancam korban yang telah membuat dia tersinggung.
    • Tanpa adanya konsep “fear factor” pada individu, semua orang akan berpotensi untuk bersikap sewenang-wenang tanpa memperhatikan usia kamu saat ini. Karena dengan adanya “Fear Factor” yang berasal dari self-image from imaging vibrations, power of authority, material wealth, atau sense of superiority complex, semua orang akan menjadi diam, tampak baik atau bersedia bersikap ramah dan sopan yang sebenarnya berasal dari kemunafikan pada diri mereka, walaupun belum tentu konsep “fear factor” ini membuat orang lain dapat menghargaimu yang dikarenakan oleh rasa iri, dengki, cemburu itu sendiri. Dan konsep “fear factor” ini juga tergantung pada karakter individu, apakah dia baik atau buruk yang membuat mereka dihormati oleh orang lain. Dalam memahami konsep “fear factor” ini kita setidak nya harus paham perbedaan antara rasa takut dan rasa segan itu apa, karena banyak orang tidak tahu? Karena rasa segan itu bukanlah maksud untuk menghormati tetapi rasa reaksi emosional terhadap ketidaknyamanan atau kecanggungan yang dapat membuat ia menghormati atau malah sebaliknya dengan tidak menghormati karena ia merasa hina atau merasa rendah karena perasaan malu atau cemburu yang berasal dari emosi yang kompleks (fear factor). Bila kedamaian itu ada karena setiap orang akan saling menghormati satu sama lain itu artinya mereka hidup dalam pikiran naif atau idealisme Sifat Naif mereka sendiri. Dan karena hati yang tercerahkan oleh pengetahuan norma dogmatis maka semua akan tampak baik-baik saja (absolutely not).

Bias #19: Jadilah orang bodoh untuk menipu orang bodoh, karena dengan menipu orang bodoh mereka akan mengira mereka lebih baik dari pada kamu, dan kamu akan bisa melihat siapa mereka yang sebenarnya dibalik kepalsuan mereka atau kekopongan diri mereka yang sebenarnya. Dan dengan menjadi orang yang terihat bodoh yang bersahaja kamu akan memiliki banyak teman karena memang lingkungannya yang seperti itu dengan menyesuaikan diri dengan cara berfikir lingkungan kamu, dan kamu dianggap orang bodoh yang sepertinya menyenangkan untuk mereka jadikan teman. Dan biarkan mereka meninggi atas kehebatan mereka dan tertawalah didalam hati bila mereka meremehkan dan menghina dirimu karena mereka merasa lebih hebat, lebih pintar, lebih bijak, lebih superior dari kamu dengan tidak mengetahui orang seperti apa yang mereka hadapi. Dan cukup menunggu waktunya saja kamu akan dapat membayar kontan perlakuan mereka terhadap dirimu dengan bersabar menunggu waktu yang tepat sambil tertawa lepas karena mereka akan malu dan menghilang dengan sendirinya dalam kehidupan mu, atau mereka akan membenci mu karena ternyata kamu jauh dari mereka bayangkan selama ini. Dan jangan pernah menjadi orang yang terlihat pintar dihadapan siapapun karena mereka akan menaruh ekspektasi lebih pula kepada mu. Dengan cara ini dapat memahami mana orang-orang aslinya pintar dan yang berpura-pura pintar yang yang tak sesuai realita yang sebenarnya.

Terkadang kebahagiaan dan kesenangan mereka ditunjukkan hanya untuk mengintimidasi atau memberi tahu kepada orang lain bahwa mereka itu jauh lebih baik dari pada dirimu.

Hiburan Kita

Dan hal ini adakalanya masyarakat ditempat kamu berubah yang disebabkan oleh perubahan zaman yang menjadikan kehidupan masyarakat tersebut memiliki standart yang tinggi dalam memperlakukan seseorang dengan layak atau tidak yaitu dengan menilai orang berdasarkan kriteria tertentu seperti telah berkeluarga dianggap lebih diperlakukan istimewa dari pada belum berkeluarga (ketidakadilan) dan kamu dipandang remeh atau dianggap sebelah mata karena jauh dari standar ekonomi kehidupan masyarakat itu sendiri (misal punya mobil 1-3, rumah bagus, kema-mana memakai aksesoris mewah). Karena hal ini itu artinya kamu telah hidup circle atau lingkungan yang menuntut kamu untuk menjadi orang jahat pula karena tekanan emotional atau psikis yang membuat kamu tidak dihargai dan dipandang sebelah mata. kamu adalah protagonis didalam cerita hidup kamu sendiri dan masyarakat adalah antagonisnya karena mereka suka riya memamerkan kesenangan dalam kehebohan mereka di atas ketidakseimbangan atau ketidakmerataan kebahagiaan (kesejahteraan dan ketentraman) di dalam masyarakat yaitu heboh dan bersenang-senang riya diatas kemurungan maupun ketidakberdayaan atau ironi pada kehidupan orang lain. Bila kamu tidak sombong berarti kamu pantas untuk disepelekan dan diremehkan orang lain, maupun sebaliknya bila kamu diremehkan dan disepelakan orang lain berarti kamu pantas menjadi sombong pada saatnya tiba telah menanti mu.

Bias #20: Bila saya dan kamu menjadi entitas asing yang berada di luar dimensi semesta, mungkin saya dan kamu akan sependapat bahwa manusia itu sama buruknya, karena pada dasarnya semua manusia itu munafik dan manipulatif, yang bisanya memanfaatkan kebaikan orang lain dan seringkali mengharapkan kebaikan dari orang lain. Oleh karena itu, kedamaian sejati hanyalah sebuah angan-angan belaka, selama manusia masih ada (kecuali tinggal 1% manusia saja yang tersisa). Hal ini disebabkan oleh pola pikir, prinsip/idealisme, dan nafsu manusia yang terbungkus menjadi satu, yaitu ego mereka tersendiri. Setiap manusia memiliki ego tersebut yang pada akhirnya menyebabkan perpecahan, permusuhan, malapetaka.

Maka, kedamaian sejati dianggap mustahil, karena kejahatan tercipta dari kebaikan dan kebencian tercipta dari cinta. Niscaya kebaikan akan dianggap sebagai niat dari kejahatan.

Bias #21: next…

Kehidupan ini penuh dengan pesona ********** dari segi sudut pandang atau pemahaman saya, Oleh karena itu, saya sengaja membaginya menjadi bagian kedua (part#2) karena artikelnya terlalu panjang. Ini adalah sebuah karya besar yang tercipta dari kisah kehidupan dari pengalaman yang melebihi kemampuan pengindraan dan kepekaan spiritual, yang pada akhirnya melahirkan karya sastra yang tiada tara yang memukau.


Barangsiapa tidak mengenal keburukan maka ia tidak akan mengenal kebajikan. Dan Konsep tentang baik dan jahat hanyalah cerminan dari perspektif kebenaran yang berbeda. (refleksi kebenaran).

Owner/founder/ceo ~ hiburan kita.

Artikel ini sebenarnya dibuat berbeda dari versi aslinya dari sumber catatan “jurnal” penulis, karena ditakutkan di anggap menyebarkan paham yang salah, karena setiap orang mempunyai pengalaman hidup yang unik (ilmu abstrak/konkret), artikel ini akan terbukti benar bagi mereka yang merasakan kerasnya kehidupan. pemikiran ini tak akan pernah sampai oleh orang-orang naif karena religi.

Dan kami hanya menulis Artikel ini berbentuk draf untuk kami pikirkan kembali apakah layak di publikasikan atau hanya untuk lingkup privat terbatas. Dan kami pun bebas dalam memilih konten karena terbebas dari aturan rumit Google Adsense untuk menyalurkan hobi menulis kami.

Akhir Kata saya…

Memang peradaban zaman terus berubah, tulisan kalimat pada artikel ini bisa saja tidak relevan di zaman sekarang, emang kondisinya seperti itu, apakah lebih baik atau lebih buruk di zaman sekarang kita hidup saat ini. Maka dari pada itu kami tidak menganjurkan pengunjung yang membaca artikel ini untuk tidak terlalu serius menyikapi tulisan pada artikel ini, tetapi bisa dianggap saja ini adalah hiburan semata agar anda terhindar dari perbuatan tercela, agar anda menjadi individu yang patut di teladani oleh orang lain.

Terkadang memang enak menjadi orang bodoh, karena menjadi bodoh kita dapat hidup dengan bahagia, nyaman, dan damai, karena tidak dapat berpikir secara luas dan mendalam mengenai arti dari semua dari kehidupan ini (hidup ini penuh misteri). Karena menjadi bodoh kita akan menganggap semua tampak baik-baik saja padahal tidak (belum tentu). Karena menjadi bodoh kita terbebas dari beban pikiran yang menyiksa, melelahkan dan membebani emosi dan pikiran. Dan pengetahuan belum tentu menjamin kamu bahagia, maka ketidaktahuan adalah kebahagiaan.

Owner/founder/ceo ~ hiburan kita. hidup no ploblem

Pernyataan 28-10-2023

Kami pun beranggapan karya tulis ini bisa saja menjadi boomerang yang bisa menjadi penyesalan kami bila artikel ini kami kembangkan. Sebab website ini merupakan identitas diri maupun bisnis dari seseorang yang telah lama diketaui oleh banyak orang, atau telah diketahui siapa orang yang mempublish artikel ini. Dan kami telah mengelola 11 website (Subdomain tidak masuk hitungan) dan 5 channel youtube dengan tujuan berbeda, kami pun akan pindah ke website dan channel kami tersebut karena memang tidak diketaui oleh orang lain siapa admin/owner maupun siapa author nya. NO NARSIS and keep being anonymous if possible😅

Pernyataan ini dibuat tidak berarti poin-poin bias diatas tidak kami lanjutkan, tetapi terus saja pantau artikel ini. This is story and experience of my life is our entertainment…(copyright)

“Ilmu filsafat itu mahal karena tidak semua orang mampu berfilsafat dan memahaminya. Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang pandai berfilsafat maka tidak sepantasnya orang yang tidak memahaminya untuk mengkritik orang yang memiliki bidang keilmuan atau kemampuan yang diluar jangkauan mereka, karena mengkritik itu jauh lebih mudah dari pada menciptakan, Jika pandai mengkritik, berarti harus pandai juga membuat karya dalam bidang keilmuan yang sama dengan kemampuan yang setara. Bukannya sombong karena banyak fenomena orang bodoh merasa jauh lebih hebat, lebih pandai, lebih pintar dari pada orang yang asli berilmu yang pada akhirnya mereka gagal dalam menumbuhkan bakat dan keilmuan mereka karena terbunuhnya minat dan motivasi mereka.

Karena karya filsafat terburuk saya yang memiliki konotasi negatif yang bertentangan karena menciptakan kontradiksi yang membingungkan seperti contoh dibawah ini.

Jadilah orang jahat yang cerdas dan berjiwa besar, karena sejahat-jahatnya orang jahat itu adalah penjahat yang mampu berfilsafat.

Belajar filsafat dengan makna yang terburuk “how to be a great villain”

Dengan kalimat filsafat diatas dapat diambil makna yang lebih dalam yaitu; orang jahat yang mampu berfilsafat itu jauh lebih baik dari pada orang jahat yang didasarkan hasrat, ego dan nafsu, karena kebodohan mereka yang pada dasarnya sebagai manusia yang bermartabat.

Konten dibawah adalah iklan dari platform advernative. Media kami tidak terkait dengan konten ini.

Tinggalkan Balasan