Kemunafikan Di Balik Rasa Hormat

Bagikan bila kamu menyukainya 💖

Artikel ini membahas mengenai rasa hormat yang terbentuk dari kemunafikan atau rasa hormat yang tidak tulus. (rasa hormat palsu dari kemunafikan) atau merupakan kelanjutan dari artikel pemikiran bias berbahaya yang menyingung topik bias mengenai “fear factor” dengan mengajukan pertanyaan mengapa rasa hormat bisa tumbuh dari kemunafikan? Apakah rasa hormat palsu: kemunafikan terselubung?

Artikel ini merupakan sebuah tulisan dari pengalaman penulis yang tercurahkan, mungkin artikel tidak cocok bagi anda karena tidak pernah merasakan atau mengalami fenomena serupa pada hidup anda.

Suatu pengalaman yang membentuk bekas luka yang berada di hati jauh lebih mengerikan dari pada bekas luka yang berada di sekujur tubuh. Karena dalam kehidupan ini tidak ada yang lebih indah dari pengkhianatan itu sendiri.

Hiburan Kita –

Bila terdapat seseorang menghargai atau menghormati dirimu itu berdasarkan “fear factor” itu artinya mereka adalah orang-orang yang munafik yang ingin memanfaatkan kebaikan mu, maka jangan lah kamu pedulikan mereka karena mereka hanya memikirkan keuntungan dan merasakan manfaatnya saja untuk mengenali dirimu dan mendekatimu dengan berpura-pura menghormatimu karena mereka bisa saja akan meninggalkanmu atau menjatuhkan martabatmu bila kamu tidak lagi bertaring seperti dirimu sebelumnya (kehilangan kehormatan).

Karena bila mereka hanya menghargai seseorang berdasarkan fear factor itu pada dasarnya model manusia penjilat kehormatan atau hanya ingin mengambil keuntungan semata berdasarkan kekayaan materi, pangkat, dan jabatan darimu, yang aslinya mereka itu adalah orang licik dan munapulatif dengan tipikal jenis orang-orang yang hanya menilai individu berdasarkan materi, dengan begitu mereka dapat dengan mudah meremehkan orang lain terutama kamu bila tampak lebih rendah dari mereka, dan mereka akan berlalu baik kepada orang yang tampak hebat dan menguntungkan bagi mereka dengan sifat kemunafikan mereka.

Jadilah orang yang berharta (kaya materi) jika kamu tidak ingin orang lain bersewenang-wenang terhadap dirimu. Karena kekayaan adalah wujud dari kehormatan itu sendiri. Karena banyak orang-orang munafik yang ingin berbuat baik kepada mereka karena telah membuat mereka segan yang berasal dari “fear factor” yang meraka rasakan.

Hiburan Kita

Ketidaktahuan adalah kebodohan mereka, banyak orang merasa bangga untuk dapat sewenang-wenang dengan suka merendahkan kehormatan orang lain karena kecilnya “fear factor” yang mereka rasakan. Dan bila mereka merasa lebih dominan “Fear factor” pada diri mereka untuk mempengaruhi orang lain terhadap dirinya maka semangkin angkuh dan sombong lah mereka. Karena lebih baik merasa takut dari pada kurang ajar, karena kebodohan/kegoblokan adalah keberanian bagi orang-orang yang tidak beradab.

Jangalah kamu pernah menghormati orang yang tidak beradab, walaupun mereka itu orang yang agamis sekalipun, karena orang yang agamis bukan jaminan mereka adalah orang yang baik dan jernih hatinya, maka perlakukan lah mereka berdasarkan apa yang mereka perbuat atau berdasarkan sikap dan tindakan mereka sendiri (ilmu cermin), dan hormati mereka berdasarkan perilaku mereka sendiri, karena seorang muslim yang baik itu dapat dilihat berdasarkan cerminan kemuliaan moral, etika dan akhlaknya mereka.

Maka dapat disimpulkan berdasarkan keilmuan psikologi dan filsafat, rasa hormat berlandaskan Fear Factor itu merupakan wujud dari kemunafikan itu sendiri. Karena mereka hanya menghargai seseorang berdasarkan siapa mereka atau apa yang mereka miliki entah itu orang lain yang bertaring yang dekat dengan mereka atau mereka itu orang kaya materi atau memiliki pangkat dan jabatan yang membuat mereka segan dengan menghormatinya.

Dan pada dasarnya manusia itu tidak tahu diri atau tidak tahu diuntung dengan apa yang mereka nikmati dari apa yang mereka dapatkan dari kebaikan orang lain. Dan mereka hanya bisa memanfaatkan kebaikan orang lain dengan mengharapkan kebaikan dari orang lain dan terus dapat merasakan keuntungan dari kemampuan IP (Ilmu penjilat) dan kemampuan kemunafikan mereka sendiri.

Kehormatanmu sering kali dianggap tergantung pada seberapa besar jumlah kekayaanmu. Jika kamu kaya, maka kedermawanan di dalam hatimu akan mulai terlihat karena banyaknya harta yang kamu miliki (tidak sombong dan tidak riya) dengan menjadi orang yang merendah diri (rendah hati) maka kekayaanmu menjadi berkah karena tidak membuat orang lain tidak menyukaimu atau mungkin membencimu (ibaratkan pohon tinggi besar maka akan banyak angin yang ingin merobohkan mu) melainkan kekayaan dan kebaikan yang ada padamu itu perpadu dalam menumbuhkan kehormatan orang lain terhadap dirimu, (karena manusia itu lebih mudah membenci dari pada mencintai) apa gunanya kamu menjadi orang baik bila kenyataannya kamu itu diremehkan dan disepelakan orang lain kalau tidak terlihat berharta oleh orang lain, bukankah begitu realita hidup sebenarnya?

Jaman kini ko nan dicalek urang status sosial dan penampilan kito, kalo dak bapitih dak behargo dipandang urang.

Hiburan Kita

Bila kamu hidup dan tinggal dilingkungan bermasyarakat hanya dipandang orang lain berdasarkan apa yang kamu miliki, yaitu “materi” sebagai bentuk dari nilai kehormatan mu, hal ini disebabkan oleh perkembangan zaman itu sendiri yang tentunya sekaligus mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat itu kepada kehidupan dengan berlomba dalam mencapai kemakmuran dan kejayaan (hedonisme). Dan kejahatan itu berasal dari kemiskinan yang dimana kehidupan orang miskin dengan keadaan hidup mereka serba susah karena ketimpangan ekonomi yang mereka rasakan saat ini membuat mereka melakukan perbuatan “playing victim” sebagai landasan utama mereka melakukan tindak kejahatan sebagai pembenaran atas apa yang mereka alami membuat mereka melakukan tindakan melanggar hukum seperti mencuri, dan melecehkan kehormatan orang lain sebagai pembenaran atas apa yang mereka alami. “Playing victim” pada diri mereka yang dianggap sebagai kejahatan yang dapat dianggap sebagai perbuatan baik (kebaikan) bagi diri mereka.

Kecemburuan sering menjadi awal dari munculnya kejahatan.

Hiburan Kita

Janganlah kamu pernah mencoba mempermainkan kehormatan orang lain yang lebih darimu, bila kamu telah menyinggung kehormatan orang lain maka celakalah dirimu. Karena kehormatan itu sulit dibangun, bila kehormatan sudah terlanjur menjadi bubur maka hancurlah citra diri dan harga diri orang tersebut (konsep diri). Maka kehormatan yang agung itu dapat ditukar oleh nyawa orang yang mengubrak-abrik kehormatan itu. karena orang-orang tidak beradab atau tidak bermoral merasa diuntungkan bila dapat merusak harga diri dan mengubrak-abrik kehormatan orang lain yang lebih tinggi dari mereka, karena kelemahan dan kebodohan mereka adalah sumber kekuatan mereka untuk menjatuhkan kehormatan orang lain yang mempunyai kehormatan yang lebih tinggi dari mereka. “Savage Justice” berlaku disini dengan merelakan kehormatan dirimu untuk ditukarkan dengan meniadakan martabat mu untuk keadilan yang biadab itu. Kelanjutan ada di jurnal pribadi pemikiran bias berbahaya pada Bias #4, Bias #12, Bias #14

Jika mereka merupakan orang jahat buatlah mereka merasakan kejahatan itu sendiri (savage justice). Dan buatlah mereka hancur oleh kejahatan itu sendiri dan mereka akan melakukan tindakan “playing victim” untuk memperoleh simpati masyarakat agar berempati kepada mereka.

Hiburan Kita “Beri mereka rasa sakit dan penderitaan, sehingga mereka dapat memahami makna kedamaian”

Studi kasus berdasarkan konteks

Dalam konteks ukuran tubuh yang jauh berbeda

Pada umumnya, orang yang bertubuh kecil menunjukkan perilaku baik dan menunjukkan prilaku ramah dengan rasa hormat mereka kepada orang yang bertubuh lebih tinggi dan besar, karena mereka yang lebih tinggi biasanya berusia lebih tua. Dan apakah orang yang dulunya bertubuh pendek akan tetap menunjukkan sifat baik, ramah, sopan, dan santun kepada orang yang lebih tua (‘sepuh’) setelah 5-10 tahun kemudian jika mereka sekarang bertubuh lebih besar dan tinggi? Dengan memahami ini bila mereka sudah berubah atau berbeda dari sifat dan sikap mereka pada saat mereka masih kecil dulunya sudah jelas mereka dulunya anak-anak yang sudah mempunyai sifat, tabiat atau karakter orang munafik, licik dan manipulatif dengan memiliki kemampuan ilmu penjilat saat mereka masih kecil, mereka sudah lebih dahulu munafik berdasarkan rasa hormat yang terbentuk dari kemunafikan. Karena sifat dan sikap mereka sudah tidak sama lagi (tidak baik) kepadamu atau tampak tak segan untuk bersikap kurang ajar kepadamu.

Ibarakan singa muda yang baru dewasa yang ingin mengambil tahta dari singa tua

Ibarakan hyena yang menjatuhkan singa

Janganlah menjalin hubungan dengan seseorang berbeda usia dengan dirimu (tidak seumuran), karena ini berpotensi terciptanya hubungan penuh kepalsuan atau hubungan penuh dusta diantara kita karena rasa segan mereka yang dibentuk dari “fear factor” merupakan wujud dari kemunafikan yang membangun hubungan tersebut. karena anak-anak dan remaja itu bila kamu memberi rasa kepada mereka berupa jantung maka mereka akan minta hati pada mu (Dikasih hati minta jantung). Yang pada dasarnya mereka itu tidak akan menghormatimu karena “fear factor” itu adalah kemunafikan mereka berupa kebaikan atas rasa segan palsu di hati mereka untuk menampakkannya kepada mu guna untuk menghormati dirimu.

Dalam Konteks Profesi

Pada kehidupan kita sebagai makhluk sosial akan kah kita menyadari kita hidup dengan perbedaan-perbedaan pada setiap individu yang hidup secara bersosial, ada orang biasa dan ada orang yang bukan orang biasa karena perbedaan profesi saja kita dapat dikenal sebagai apa, dan bagaimana kita dikenal orang lain berdasarkan hanya dengan sebuah profesi yang kita jalani untuk hidup kita sebagai individu yang bersosial? Apakah mereka disegani karena mereka bukan orang sipil biasa karena mereka seorang ABRI yang sekarang dihormati banyak orang? Dan apakah mereka dengan profesi ini akan sama dihormati banyak orang bila mereka sudah habis masa kerja mereka “pensiun”? Kamu dapat menjawabnya sendiri karena ini tergantung dari berbagai banyak faktor, apakah mereka dihormati atau tidak dihormati lagi karena alasan riwayat mereka sendiri, atau memang pada dasarnya mereka memang pantas dimunafikan di masa jabatan mereka karena ini demi kebaikan bersama (orang lain).

Dalam Konteks Pangkat dan jabatan

Bila mereka hidup sebagai budak korporat yang memiliki Pangkat dan jabatan yang jauh diatas orang lain, mereka sebagai bawahan akan patuh dan tunduk kepada perintah atasan mereka, jelas ini hal yang wajar dilakukan bawahan untuk menghormati atasan mereka, tetapi akan kah atasan mereka itu bila Pangkat dan jabatan mereka diturunkan atau dicopot oleh owner menjadi lebih rendah dari mereka yang posisiya lebih rendah dari mereka sebagai bawahan akan dihormati seperti sebelumnya saat mereka mempunyai pangkat dan jabatan lebih tinggi? Tentu saja tidak, Dan apakah owner perusahaan bila bangkrut akan kah mereka sebelumnya sebagai pekerja akan menghormati owner tersebut? Tentu saja tidak, karena tidak lagi bertaring atau tidak menguntungkan lagi bagi mereka, (tidak lagi memiliki kekuasaan) karena loyalitas hanya berlaku di ruang lingkup tertentu, diluar dari itu hanyalah rasa hormat yang tidak tulus yang terbentuk dari kemunafikan. Kelanjutannya di jurnal pribadi Estetika Berpikir Melampaui Realitas pada Bias #22

Dalam konteks ekonomi

Setiap orang menengah kebawah akan menunjukan perilaku pasif karena mereka bersikap bodo amat dengan memperlihatkan kehidupan bersahaja karena mereka pada saat ini memang terlihat tidak berdaya dengan menunjukan perilaku ramah. Entah dengan mengalami kekayaan dadakan dengan uang akan menunjukkan sifat asli mereka, dan merekaakan mulai menunjukkan perilaku buruk yang jelas berbeda pada diri mereka yang sebelumnya kepada orang lain yang mereka hormati itu, “fear factor” yang berasal dari kemunafikan, mereka tampak polos dan lugunya ketika disaat mereka susah karena kemiskinan mereka. Dan ketika mereka merasa lebih dari orang atau merasa lebih unggul atau hebat dari orang lain karena uang telah menunjukan siapa mereka. “Dengan menunggu waktu mereka akan menghianati mu bila mereka sudah merasa lebih darimu

Dalam Konteks pinjaman

Orang susah akan mencari bantuan dengan memanfaatkan kebaikan orang lain yang dianggap baik bagi mereka untuk mereka manfaatkan rasa kasihan (rasa iba) orang baik itu untuk dapat membantu mereka yang sedang mengalami kesusahan karena membutuhkan uang yang mengharuskan mereka menjadi orang munafik untuk memanipulasi perasaan orang lain yang dapat mereka manfaatkan karena minimnya perasaan “fear factor” kepada orang yang meminjamkan uang tersebut yang menyebabkan mereka menjadi orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu diuntung akibat mereka merasa rugi atau berat hati untuk mengembalikan uang pinjaman tersebut.

Dalam Konteks kehidupan lainnya

Sebenarnya terdapat banyak konteks yang bisa dimasukkan melalui topik judul artikel Kemunafikan Di Balik Rasa Hormat ini, karena berhubungan dengan karya sastra, saya enggan menjelaskan makna atau hikmahnya karena saya ingin tulisan ini dapat menjadi “wejangan” atau misteri bagi mereka yang belum pernah merasakan pengalaman hidup yang serupa. “Pada dasarnya manusia itu makhluk yang tidak bertanggung jawab dan hina bila tiada fear factor pada diri mereka“.

Rasa hormat atau sikap menghormati bisa jadi merupakan wujud dari kemunafikan, karena kita hidup di dunia yang penuh dengan kepalsuan dan tipu muslihat. Karena semua tampak berbeda bila dirimu tidak sehebat seperti dirimu yang sebelumnya. “kamu hebat kamu dimanfaatkan, kamu lemah kamu dibuang, hingga disepelekan atau diremehkan”.

Hiburan Kita “Roda kehidupan”

Rasa hormat atau sikap menghormati bisa jadi merupakan wujud dari kemunafikan, karena kita hidup di dunia yang penuh dengan kepalsuan dan tipu muslihat. Karena semua tampak berbeda bila dirimu tidak sebaik seperti yang sekarang. “kamu hebat kamu dimanfaatkan, kamu lemah kamu dibuang”.

Hiburan Kita

Akhir kata:

kutipan diatas merupakan sebagian kecil karena ini merupakan karya sastra pada jurnal saya sebagai penulis artikel ini.

Kesimpulan Penulis:

Cari tahu siapa saja orang-orang yang berpotensi memiliki tabiat atau mentalitas yang menghargai seseorang berdasarkan “fear factor” itu di dalam hidupmu untuk kamu masukan ke dalam daftar Blacklish dengan berlabel manusia bertabiat busuk karena bila orang lain itu berani macam-macam terhadap dirimu berarti mereka menginginkan rasa takut itu menghampiri mereka yaitu dari dirimu sendiri, maka berikanlah rasa takut itu kepada mereka dan jangan beri ampun orang-orang yang kurang ajar seperti mereka yang menghormati orang lain berdasarkan rasa takut “fear factor” itu Karena mereka sudah resmi secara permanen berdasarkan id ktp mereka untuk kamu singkirkan dalam hidup kamu (Blacklish) karena tabiat mereka adalah orang munafik berdasarkan “fear factor” itu ibaratkan musuh dibalik selimut karena kamu sudah mengetahui siapa mereka yang tidak tulus menerima dirimu, karena kamu sudah memahami siapa orang-orang yang tidak tulus menghargaimu dan menghormatimu, baik dari perilaku tersembunyi lahiriah maupun batiniah.

kebaikan mereka itu tergantung apa yang mereka takuti “fear factor” karena apa yang tampak kebaikan pada diri mereka adalah kemunafikan. Sebab kebaikan mereka diperuntukkan bila kebaikan tersebut bermanfaat atau menguntungkan bagi mereka.

Hiburan Kita

Sumber referensi:

Artikel ini terinspirasi oleh buku jurnal yang berisi diary atau catatan-catatan kecil yang menceritakan kehidupan dari kisah ibunya ibu saya yaitu nenek saya sendiri yang dilanda kegelapan karena rasa cemas yang berasal faktor ketakutannya, yang disebut sebagai “fear factor“yang kemudian saya angkat kembali dengan menafsirkan hikmah/petuah tulisan tersebut berdasarkan pengalaman hidup saya sendiri dengan menjadikan pengalaman hidup saya sebagai pembahasan artikel ini menjadi tulisan yang agung yang melahirkan karya filsafat dan karya sastra yang saya ciptakan sendiri. “originator of philosophical ideas

Konten di bawah ini adalah iklan dari platform lain. Media kami tidak terkait dengan konten ini.

Tinggalkan Balasan