Perbandingan Generasi 90-an dan Generasi Zaman Now

Bagikan bila kamu menyukainya 💖

Pertentangan antara generasi seringkali menjadi pembahasan menarik, dan satu perbandingan yang menarik adalah antara generasi 90-an dan generasi micin atau generasi zaman sekarang (Zaman now). Dua zaman yang berbeda ini membawa perubahan signifikan dalam gaya hidup, teknologi, dan nilai-nilai masyarakat. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri perbedaan yang paling mendasar antara kedua generasi tersebut.

Kebebasan Tanpa Batas di Zaman 90-an

Gaya Hidup Tanpa Teknologi

Zaman 90-an dikenal sebagai era kebebasan tanpa batas, terutama dalam hal gaya hidup. Generasi ini tumbuh dalam lingkungan yang kurang terpengaruh oleh teknologi. Aktivitas luar ruangan seperti bermain di taman, bersepeda, dan berkumpul bersama teman-teman adalah bagian yang tak bisa terpisahkan (integral) dari kehidupan sehari-hari.

Kesederhanaan dalam Hiburan

Hiburan di era 90-an cenderung lebih sederhana. Anak-anak menikmati tayangan kartun di televisi, bermain video game klasik, dan mengeksplorasi dunia nyata tanpa ketergantungan pada perangkat elektronik.

Di Indonesia, pada era 90-an, anak-anak seringkali menikmati berbagai permainan tradisional yang sederhana namun menyenangkan. Beberapa permainan tradisional populer di kalangan anak-anak pada waktu itu melibatkan kegiatan fisik, kreativitas, dan interaksi sosial. Berikut adalah beberapa permainan tradisional anak era 90-an di Indonesia:

Engklek, Petak Umpet (pancit), Congklak, Kelereng, Lompat Tali, Egrang, Bedil bambu/kaleng baygon/mercon spirtus, Senapan bambu, Bentik, Bekel, Sepak tekong, Kapal Tek-Tek, Balon tiup, Plastisin, Layangan, Boneka Kertas, Kartu gambar (Kartu Gepok), Kertas binder, Origami, Ludo/Ular Tangga/Monopoli, Bola Tok-Tok (Lato-lato), Tamagotchi, Gasing tarik, Beyblade, Yoyo, Cruise gear, Tamiya, dan masih banyak lagi…

Zaman 90-an dikenal dengan tayangan kartun yang menciptakan kenangan indah bagi anak-anak yang hidup di era 90-an. Acara televisi seperti “Tom and Jerry”, “Hachi si Lebah Madu”,”Detektif Conan”,“Crayon Shin-chan”,”Hamtaro”,”Saint Seiya”, “Hunter X Hunter”, “Samurai X”,”Doraemon”,”Inuyasha”, serta “Chibi Maruko-chan” – ‘Princess tutu” – “Wedding Peach” – “Sailor Moon” kartun kalangan anak perempuan.

“Power Rangers/Super Sentai”, Ksatria Batang Hitam/Kamen rider, dan serial “Ultraman” dari periode Showa hingga Heisei awal dengan Ultramen favorit generasi 90-an (4 fav) Tiga, Dyna, Gaia, Cosmos, serta ultramen next gen (3 fav) Nexus, Max, Mebius yang meskipun digemari oleh fans rating serial ini anjlok saat penayangannya karena mereka yang telah beranjak remaja akhir (rasa kesan nostalgia terasa kurang karena mereka bukan lagi anak-anak) dan serta kartun lawas di acara tv spacetoon menjadi tontonan favorit pengalihan waktu untuk menanti tontonan kartun siaran tv ikan terbang indosiar yang hanya tersedia setiap hari minggu. Selain itu dalam media entertaiment 90-an video game klasik seperti Super Mario Bros dan Sonic the Hedgehog, serta platform console lawas seperti Nintendo (NES), Gameboy (gimbot), Sega, Tetris (Brick Game), dan Dingdong, hingga era baru media hiburan “playstation” merajai dunia hiburan elektronik, memberikan pengalaman bermain yang sederhana namun menghibur.

Anak-anak di era 90-an lebih banyak terlibat dalam aktivitas fisik di luar ruangan. Bermain di taman, bersepeda, atau berkumpul dengan teman-teman di lingkungan sekitar adalah cara utama untuk bersosialisasi. Keterlibatan langsung dengan dunia nyata menjadi bagian penting dari pertumbuhan dan pengembangan mereka.

Generasi Micin (kids jaman now) Zaman Sekarang

Ketergantungan pada Teknologi

Generasi micin atau generasi zaman sekarang hidup dalam era teknologi tinggi. Ketergantungan pada smartphone, media sosial, dan perangkat elektronik lainnya menjadi ciri khas mereka. Interaksi sosial seringkali terjadi melalui layar, dan aktivitas luar ruangan bisa terabaikan.

Pengaruh Media Sosial: Generasi micin atau generasi zaman sekarang hidup di tengah kemajuan teknologi, terutama melalui kehadiran media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter (X), dan Tiktok. Interaksi sosial seringkali terjadi melalui platform ini, membentuk cara baru berkomunikasi dan membangun hubungan sosial.

Dampak Smartphone: Peningkatan penggunaan smartphone membawa banyak aktivitas online dalam genggaman tangan. Mereka dapat dengan mudah mengakses informasi, berkomunikasi, dan bahkan melakukan pekerjaan melalui perangkat ini. Namun, juga muncul tantangan terkait ketergantungan dan kecanduan pada teknologi. Dengan banyaknya informasi yang tak terbendung lagi di zaman sekarang bukannya membuat mereka tambah pintar melainkan membuat mereka menjadi bodoh karena kelebihan informasi yang tak dapat terbendung (Gen Medioker).

Kesenjangan Digital

Meskipun akses ke teknologi meningkat, ada juga kesenjangan digital yang menciptakan divisi antara mereka yang memiliki akses dan yang tidak. Generasi ini dihadapkan pada tantangan baru terkait penggunaan teknologi secara merata di seluruh lapisan masyarakat.

Nilai-Nilai yang Berkembang

Solidaritas dalam Keterbatasan

Generasi 90-an sering kali tumbuh dengan keterbatasan sumber daya (misqueen), namun solidaritas di antara mereka kuat. Kebersamaan dan rasa tanggung jawab terhadap sesama menjadi nilai yang dijunjung tinggi.

Hidup dalam Keterbatasan Ekonomi: Generasi 90-an seringkali tumbuh dalam situasi ekonomi yang lebih sulit. Keterbatasan sumber daya menciptakan rasa tanggung jawab kolektif untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain, baik dalam keluarga maupun hubungan sosial dalam perteman mereka (saling bahu-membahu).

Kebersamaan dalam Kesulitan: Kondisi sulit menciptakan kebersamaan dan solidaritas di antara generasi ini. Mereka belajar untuk mengatasi keterbatasan bersama-sama, membentuk karakter yang kuat dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap sesama.

Identitas diri (generasi jaman now)

Generasi zaman now cenderung lebih fokus pada pencarian identitas pribadi. Dalam upaya untuk menonjol di dunia digital yang penuh persaingan, mereka sering kali terlibat dalam eksplorasi diri yang lebih intensif.

Esplorasi Diri melalui Media Sosial: Generasi micin cenderung menggunakan media sosial sebagai alat untuk mengekspresikan diri dan mencari identitas. Mereka sering berbagi momen pribadi, minat, dan pandangan hidup mereka secara online, menciptakan narasi unik tentang siapa mereka sebagai individu. (rusuh “yes“, sok asyik “yes“, sok existyes“, sok berlagak pintar dan sok bijak di sosmed “yes“, prestasi “N😎”)

Tantangan Pilihan Karir dan Identitas: Dalam dunia yang terus berubah dan kompetitif, generasi ini sering dihadapkan pada tekanan untuk memilih jalur karir dan membentuk identitas mereka. Proses pencarian identitas seringkali lebih kompleks dan terbuka untuk eksplorasi yang lebih luas.

Mentalitas Gen 90-an Vs Gen 2000-an (Millenial Vs Gen Z)

Mentalitas Generasi 90-an (Gen Millenial)

Generasi 90-an tumbuh dalam era transisi teknologi. Mereka mengalami masa keemasan Walkman, kaset, dan awal munculnya internet. Handphone pertama kali menjadi populer di kalangan mereka, dan game konsol seperti Nintendo, Sega, sampai dimana era playstation. Mendominasi waktu senggang.

Genererasi millenial atau gen Y, banyak masyarakat mengira bahwa mental kuat yang dimiliki generasi 90-an itu dikarenakan didikan yang keras atau makian yang kerap di berikan pada masa kecil. Namun sebenarnya hal tersebut adalah prilaku yang bisa disebut salah kaprah dan keliru. rahasia generasi anak 90-an memiliki mental yang kuat bukan karena didapatkan dari didikan atau parenting orangtua yang keras.

Generasi 90-an terbiasa menunda rasa kepuasan, penundaan rasa kepuasan ini dikenal dengan istilah Delayed Gratification”. Bahasa kerennya mungkin termasuk kamu mengalami transisi dari masa-masa enggak ada internet jadi ada internet,” karena gen-90 biasa terdidik untuk bersabar untuk menunda kesenangan sehingga setiap prosesnya bisa dirasakan.

Didikan agar selalu bersabar dan menunda kesenangan “Dididik ini bermaksud untuk menikmati proses. Walaupun terasa membosankan, pengalaman dalam menikamati lamanya proses waktu hasilnya bisa kita rasakan kayak kita sekarang. dan ini alasan mengapa angkatan 90-an mentalnya bisa kuat di berbagai proses yang mereka lalui.

Generasi 90-an kuat, sebagian karena pengaruh kerasnya pergaulan. Hal ini mungkin membuat anak-anak dari era ini menjadi tangguh, tetapi dampak negatifnya adalah sulit bagi anak generasi 90-an untuk mengekspresikan dan memahami emosi orang lain (kurang berempati). Namun, ada pula anak-anak generasi 90-an yang karena melewati liku-liku kehidupan, terutama dalam hubungan sosial dan pergaulan yang keras, menjadikan mereka bermental tangguh, berwatak keras, nakal namun berwibawa. Mereka dihormati karena generasi 90-an umumnya memiliki prinsip dan idealisme yang sangat kuat, serta pola pikir yang tajam. Mereka tumbuh dan berkembang di masa-masa sulit, menghadapi berbagai kesulitan hidup dengan bahagia dalam kesederhanaan. Mereka menjadi orang yang tekun, disiplin, dan bijak untuk mencapai kehebatan dalam membentuk pola pikir, prinsip, mental, dan fisik yang kuat, menjadikan mereka pribadi yang tangguh dan independen. Pengalaman hidup masa lalu mereka, meskipun penuh dengan kesulitan, dijalani dengan kebahagiaan dalam kesederhanaan, menciptakan pengalaman dan kenangan tak terlupakan bagi generasi 90-an. Banyak kisah, suka duka, tangis, sedih, canda, dan tawa bahagia yang memiliki kenangan manis tersendiri yang membekas.

Mentalitas Generasi 2000-an (Gen Z)

Singkatnya generasi Z adalah generasi yang datang setelah generasi Y atau generasi Millenial. Dan generasi Z ini sering dibilang generasi micin, di sisi lain, mengadopsi gaya hidup yang dipengaruhi oleh tren media sosial. Mereka terinspirasi oleh para influencer, mengikuti tren fashion yang cepat berubah, dan memanfaatkan keberadaan internet untuk membangun citra diri mereka secara daring seperti Smartphone, media sosial, dan aplikasi menjadi bagian tak terpisahkan. Generasi ini lebih sering terlihat dengan mata tertuju pada layar, mengeksplorasi dunia maya melalui platform digital, dan menjadikan teknologi mendominasi setiap aspek kehidupan (Gen Ber-flower).

Akhir kata:

Perbedaan mendasar antara generasi 90-an dan generasi Micin menciptakan pemandangan yang beragam dalam aspek-aspek kehidupan mereka. Dalam pemahaman teknologi, generasi 90-an mengalami transisi menuju era internet, sedangkan generasi Micin tumbuh dalam dunia yang sudah sepenuhnya terkoneksi digital. Gaya hidup, ekspresi diri, dan pola konsumsi hiburan menjadi unik dalam setiap generasi, mencerminkan pergeseran nilai dan tren yang signifikan.

Dalam pendidikan dan pekerjaan, generasi 90-an cenderung mengikuti jalur konvensional, sedangkan generasi Micin lebih terbuka terhadap peluang karir yang nonkonvensional, terutama dalam dunia digital yang terus berkembang. Pandangan terhadap kesuksesan juga berbeda, dengan generasi 90-an mengejar stabilitas finansial, sementara generasi Micin menghargai kreativitas dan kebahagiaan mereka seorang diri.

Interaksi sosial mengalami perubahan signifikan, di mana generasi 90-an lebih cenderung berinteraksi langsung, sementara generasi Micin lebih nyaman dengan interaksi virtual. Kesadaran terhadap isu-isu global dan sosial juga berubah, dengan generasi Micin lebih terlibat dalam isu-isu yang melibatkan dunia secara luas.

Melalui perbandingan ini, kita dapat memahami bahwa setiap generasi memiliki nilai, perspektif, dan pengalaman unik mereka sendiri. Pemahaman ini menjadi kunci untuk membangun jembatan antar generasi, mendorong komunikasi yang konstruktif, dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif. Meskipun perbedaan ini ada, kita dapat menghargai keberagaman yang membentuk masyarakat kita saat ini dan mendukung kolaborasi lintas generasi untuk menghadapi tantangan masa depan dengan bijak.

Konten di bawah ini adalah iklan dari platform lain. Media kami tidak terkait dengan konten ini.

Tinggalkan Balasan