Memahami sisi gelap manusia

Bagikan bila kamu menyukainya 💖

Setiap manusia memiliki sisi gelap, bagian dari diri yang sering kali disembunyikan dari pandangan publik. Sisi gelap ini mencerminkan aspek-aspek negatif dalam diri seseorang, seperti keinginan tersembunyi, kebencian, dan ketakutan. Memahami sisi gelap manusia adalah langkah penting dalam mengenali diri sendiri dan orang lain.

Apa Itu Sisi Gelap Manusia?

Definisi Sisi Gelap

Sisi gelap manusia merujuk pada aspek-aspek negatif dan merusak (destruktif) dalam kepribadian seseorang. Ini mencakup perasaan, pemikiran, dan perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan norma sosial atau moral. Sisi gelap sering kali tersembunyi di bawah permukaan, hanya muncul dalam situasi tertentu.

Asal Usul Sisi Gelap

Asal usul sisi gelap dapat ditelusuri ke dalam pengalaman masa kecil, trauma, dan pengaruh lingkungan. Faktor genetik juga dapat memainkan peran dalam membentuk aspek-aspek negatif ini. Selain itu tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi dapat memicu munculnya sisi gelap.

Sisi Gelap manusia dalam Kehidupan Sehari-hari

Kebohongan dan Manipulasi

Kebohongan dan manipulasi adalah contoh nyata dari sisi gelap manusia. Banyak orang menggunakan kebohongan untuk melindungi diri atau mencapai tujuan tertentu. Manipulasi juga menjadi alat untuk mempengaruhi orang lain demi kepentingan pribadi.

Rasa Iri dan Dendam

Rasa iri dan dendam adalah emosi negatif yang dapat menghancurkan hubungan dan merusak integritas moral seseorang. Sisi gelap ini sering kali muncul ketika seseorang merasa tidak senang atau cemburu dengan pencapaian orang lain dan ketika mereka merasa dikhianati.

Agresi dan Kekerasan

Agresi merupakan perilaku yang bertujuan untuk menyakiti atau merugikan orang lain secara fisik, emosional, atau psikologis dengan upaya kekerasan adalah manifestasi ekstrem dari sisi gelap manusia. Ketika seseorang kehilangan kontrol atas emosi mereka, sisi gelap ini dapat mengambil alih, mengarah pada tindakan yang merusak.

Mengapa Sisi Gelap Muncul?

Konflik Internal

Konflik internal atau konflik batin pada diri mereka sendiri; antara keinginan, nilai-nilai moral, dan tekanan sosial dapat memicu munculnya sisi gelap. Ketika seseorang merasa terjebak dalam situasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka, sisi gelap dapat mengambil alih sebagai bentuk perlindungan diri.

Ketidakmampuan Mengelola Emosi

Ketidakmampuan untuk mengelola emosi dengan sehat juga dapat memicu sisi gelap. Emosi negatif seperti marah, cemas, dan frustasi dapat menguasai pikiran seseorang, mengarah pada perilaku yang merusak.

Dampak Sisi Gelap pada Diri Sendiri dan Orang Lain

Kerusakan Hubungan

Sisi gelap dapat merusak hubungan dengan orang lain. Kebohongan, manipulasi, dan agresi dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan, yang sulit untuk diperbaiki.

Kehilangan Jati Diri Sendiri

Ketika sisi gelap menguasai, seseorang dapat kehilangan identitas mereka. Mereka mungkin mulai meragukan nilai-nilai dan keyakinan mereka, yang pada akhirnya mengarah pada krisis eksistensial.

Cara Mengatasi Sisi Gelap

Penerimaan dan Kesadaran Diri

Langkah pertama untuk mengatasi sisi gelap adalah menerima bahwa ia ada. Kesadaran diri dan refleksi mendalam dapat membantu seseorang mengenali sisi gelap mereka dan mulai bekerja untuk mengendalikannya.

Pengembangan Emosi Positif

Mengembangkan emosi positif seperti empati, kasih sayang, dan pengendalian diri dapat membantu menetralkan sisi gelap. Latihan mindfulness dan meditasi juga dapat menjadi metode yang efektif.

Konseling dan Terapi

Dalam beberapa kasus, bantuan profesional seperti konseling atau terapi mungkin diperlukan untuk mengatasi sisi gelap. Seorang terapis dapat membantu seseorang mengeksplorasi akar dari sisi gelap mereka dan menemukan cara untuk mengatasinya.

Memahami Esensi Sisi gelap manusia

Bila kita membicarakan siapa itu manusia, manusia itu adalah makhluk yang memiliki kesadaran yang diartikan sebagai keadaan mental berupa akal, dan pikiran, dengan demikian bila manusia itu memiliki kesadaran, akal dan pikiran maka manusia itu adalah makhluk yang memilki ego dan nafsu yang menyebabkan manusia itu ibaratkan hewan yang berpikir karena manusia itu akan bertindak dan berpikir berdasarkan ego dan nafsu mereka. Oleh karena itu manusia itu sejak mereka lahir secara alami sudah memilki sifat narsisme yang hampir mendekati sifat dark triad secara fundamental karena manusia itu akan saling menjatuhkan atau menyakiti satu sama lain karena manusia itu hidup hanya bertujuan untuk menikmati kebahagiaan atau kenyamanan (kesejahteraan) dirinya. Dengan adanya ego yang berkontribusi pada sisi gelap manusia yang membuat manusia itu akan mencintai dirinya lebih dari apapun dengan merasa merekalah yang paling benar atau paling berhak dengan demikian manusia itu akan menyakiti sesama mereka dengan melakukan kejahatan berupa agresi atau tak segan menghilangkan nyawa orang lain bila telah menyangkut harkat martabat atau kehormatan dan harga dirinya, atau bila mereka merasa pernah tersakiti di karenakan ego pada diri mereka telah dipenuhi oleh nafsu amarah, kebencian, dan dendam yang secara dramatis manusia akan suka berperilaku playing victim dengan suka memanipulasi keadaan atau orang lain karena mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan atau hasrat kepuasan ego mereka. Dan dengan adanya nilai-nilai norma atau dogmatis manusia itu akan menjadi makhluk yang berakal dengan menciptakan dunia ini penuh warna-warni keindahan di dalam kedamaian yang dapat terwujud dengan kemunafikan.

Bonus Artikel:

Ini merupakan potongan artikel bias Melihat dan merasakan hal-hal yang tidak bisa dilihat atau dirasakan oleh orang lain (personal journal) yang dibuat berdasarkan pengalaman penulis dalam memahami sisi gelap manusia, potongan bonus artikel.

  • Manusia itu sering kali hanya dapat merasa bahagia di atas penderitaan orang lain, karena bila mereka tidak dapat hidup bahagia atau mencapai kesenangan/kepuasan (ego) maka mereka akan marah dan jengkel dengan kekuatan emosi “playing victim” pada diri mereka, untuk melakukan kejahatan atau menganggap diri mereka orang yang malang itu pantas melakukan hal tidak baik karena baik bagi mereka untuk melakukan agresi terhadap orang lain.
  • Manusia itu pada dasarnya hidup dengan pilihan bebas (Free will) atau hidup mereka seenaknya saja bila tanpa diatur oleh hukum yang telah dibentuk secara universal, karena tanpa hukum manusia itu hanya dapat hidup bahagia diatas derita (penderitaan) orang lain. Sebab lainnya sifat dasar manusia itu dapat dengan senang hati untuk menyakiti orang lain dengan suka menghakimi dan mendominasi (abuse of power) dari kuasa atas orang lain. Terutama sesuka hati melampiaskan emosi amarahnya atau hasrat atau keinginan tanpa menghiraukan bahwa perlakuan mereka itu dapat menghilangkan nyawa orang lain (membunuh) dengan suka main hakim sendiri untuk melampiaskan kemarahan dari dominasi emosi lewat kekuatan sosial individu dari kelompok sosial mereka (emotional dominance).
  • Manusia itu hanya dapat hidup bahagia diatas deritanya (penderitaan) hidup orang lain. Karena ketika mereka tidak dapat mencapai kebahagiaan atau memuaskan egonya, mereka cenderung marah dan jengkel. Dengan memainkan peran sebagai korban (‘playing victim’), mereka membenarkan perilaku buruknya, meyakini bahwa sebagai orang yang malang, mereka berhak melakukan agresi terhadap orang lain.
  • Manusia itu hidup hanya untuk melayani ego. Maka kita hidup secara bersosial itu hanya untuk memenuhi hasrat atau memuaskan ego orang lain karena bila kita tidak dapat memenuhi ego orang lain maka itu akan dapat melahirkan kebencian di hati mereka yang dapat berujung kejahatan.
  • Manusia itu adalah makhluk sosial. Dengan demikian manusia itu hidup secara bersosial bertujuan untuk memenuhi ekspektasi orang lain terhadap dirinya, oleh karena itu manusia itu akan merasa takut bila dirinya tidak sesuai atau tidak memenuhi harapan orang-orang di sekeliling mereka, Dan ini adalah rahasia psikologis awal mulanya banyak manusia itu banyak bermental narsistik dan manipulatif dengan suka berbohong agar diharapkan mereka dapat memenuhi ekspektasi orang-orang di sekeliling mereka, dengan demikian sifat…
  • kesombongan manusia itu adalah sesuatu yang tak bisa dilepaskan dari manusia (naluriah) karena manusia itu adalah makhluk sosial maka kesombongan adalah cara mereka untuk pamer dengan merasa angkuh dan arogan untuk membalas rasa sakit hati mereka (riya). Karena mereka menyadari perlakuan orang lain terhadap dirinya itu tergantung dari nasip baik karena keberhasilan mereka, atau menganggap mereka itu sebagai manusia yang bermartabat itu hanya dapat dihargai karena harus sesuai dengan ekspektasi orang-orang di lingkungannya. Karena pada dasarnya bila mereka bukan siapa-siapa bukan pejabat atau bukan orang kaya maka mereka hanya akan disepelekan dan diremehkan orang lain. (lanjut membaca dengan membuka link artikel ini) Dengan kesombongan dirinya dapat dihormati orang lain sekaligus dapat dibenci oleh orang yang merasa cemburu, iri, dengki atau karena kemakmuran hidup mereka jauh dibawah dirinya. Dengan demikian sisi gelap manusia itu adalah kesombongan dengan apa yang dimilikinya karena kita secara bersosial itu hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Karena bila kamu bukan siapa-siapa kamu hanya menjadi orang yang disepelekan. Sebab lainnya orang lain cendrung tidak akan mau mendengarkanmu bila dirimu bukan siapa-siapa karena orang lain hanya melihat siapa dirimu berdasarkan profesimu atau seberapa kaya dirimu (kuat) yang membuat dirimu dapat dipandang orang.
  • Manusia dapat menjadi makhluk yang baik hati hanya di permukaan saja. Sisi gelap mereka itu dianggap tabu, aib dan noda tercela yang memalukan, itulah sebabnya banyak orang hanya terlihat baik pada saat kesan pertama saja, atau pada saat di dalam kamera, atau rekaman video pada sebuah konten. Karena bila kita menyelami hubungan (tanpa kamera) yang dalam dengan banyak menghabiskan waktu dan tenaga untuk menjalin hubungan yang panjang dengan mereka maka kamu akan dapat melihat fakta-fakta tidak biasa dari sisi gelap “mind blowing” yang tidak terlihat pada setiap manusia yang pernah kamu temukan, karena semua manusia itu dapat berpotensi berbuat diluar nurul bila tidak ada yang dapat mengawasi mereka atau dapat berbuat jahat sekalipun. (lanjut membaca dengan membuka link artikel ini)
  • Manusia itu hidup hanya berlandaskan Fear Factor yang mereka rasakan. Konsep “fear factor” (faktor ketakutan) atau rasa takut yang ditimbulkan oleh seseorang berperan penting dalam menentukan bagaimana orang lain memperlakukan individu tersebut, lebih jelasnya bagaimana orang lain bersikap ramah atau bersikap sopan santun terhadap dirinya. Tanpa adanya rasa takut atau segan terhadap seseorang, orang lain cenderung lebih emosional atau mudah tersinggung, yang dapat menyebabkan tindakan sewenang-wenang atau kekerasan. Fear factor bisa berasal dari berbagai sumber, seperti citra diri, kekuasaan, kekayaan materi, atau superioritas. Meskipun demikian, rasa hormat yang muncul dari fear factor sering kali bersifat palsu atau munafik, dan tidak selalu menjamin penghargaan yang tulus dari orang lain dengan demikian mereka akan membentuk himpunan atau koalisi untuk menyatukan kekuatan untuk melawan rasa takut mereka secara anarkis. (lanjut membaca dengan membuka link artikel ini)
  • Manusia itu adalah makhluk yang mudah iri, dengki, dan cemburu. Manusia itu akan merasa bahagia bila ia telah merenggut kebahagiaan orang lain sebagai bentuk dari busuk hati mereka yang dipicu oleh keinginan memiliki apa yang dimiliki orang lain yang telah membuat ia merasa cemburu. Manusia hatinya yang berpenyakitan, iri, dengki, dan cemburu beranggapan orang lain itu pantas mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan untuk diganggu atau disakiti dan dirugikan (agresi) oleh mereka karena telah membuat mereka merasa tak senang, atau dengan menganggap orang tersebut pantas untuk tidak dihormati atau dibenci oleh mereka. Dan manusia yang memiliki sisi gelap berupa penyakit hati ini cendrung akan lebih emosional dengan bersikap sinis penuh rasa benci, rasa muak atau merasa tidak senang bila orang yang membuat ia cemburu itu ada di lingkungan (teritori) mereka. (lanjut membaca dengan membuka link artikel ini)
  • Manusia penuh dengan ego/hasrat dan nafsu. Kebanyakan dari Manusia itu adalah makhluk yang males berpikir kritis karena manusia itu ingin hidup enak dan hidup nyaman, karena bagi mereka berpikir itu menyakitkan atau melelahkan yang membuat mereka selalu diakuasai oleh nafsu dan emosi karena susah bagi mereka untuk berfikir untuk menangkap/memahami apa yang harus mereka pikirkan yang pada akhirnya manusia itu sulit untuk diajak kompromi karena orang bodoh hidupnya hanya mengandalkan (memberi makan) ego dan nafsu mereka dalam menjalani kehidupan.

Bonus Artikel 2 (Pengalaman Penulis artikel ini)

  • Hidup bersama orang pintar/cerdas tapi tidak mempunyai perasaan (tidak dapat berempati) itu rasanya seperti hidup bersama robot yang dianugerahi dengan memeliki ego yang sangat luar biasa mengerikan. (super ego)
  • Hidup bersama orang yang tidak pintar (bodoh) yang bermental miskin itu sulit karena mereka selalu mudah putus asa (pesimis) dan mereka adalah orang yang penakut (pecundang) yang sangat sulit berubah karena sulit dinasehati.
  • Hidup bersama orang yang pintar tapi bermental miskin itu lumahan lebih baik, karena dapat dibentuk untuk berubah dari pada hidup bersama orang bermental miskin karena tidak dapat dinasehati karena banyak mengeluhnya akhirnya kamu menjadi stres sendiri.
  • Orang bodoh yang emosioanl itu menakutkan ibabarkan orang tua yang mudah baperan (mudah merajuk) karena emosional (rasanya seperti ingin lari menjauh darinya karena ribet sangat sensitif orangnya) atau mereka memutuskan ingin menyendiri (mengunci diri atau menjauhkan diri darimu) karena merajuk dan tidak ingin bertemu dengan mu yang akhirnya mereka mati membusuk karena hidup seorang diri.
  • Artikel Dalam pengembangan lebih lanjut…

Konten di bawah ini adalah iklan dari platform lain. Media kami tidak terkait dengan konten ini.

Tinggalkan Balasan