Table of Contents
Banyak orang-orang di sekeliling kita terkadang hanya dapat bersikap meremehkan karena mereka hanya dapat menilai dirimu tergantung seberapa hebat dirimu dari mereka, yang membuat mereka menyegani mu (Bermuka dua). Dan mereka pada dasarnya terlalu sombong jika mereka berada diatas mu (merasa lebih darimu) atau mereka merasa lebih hebat darimu yang membuat mereka sombong bukan main. Dan mereka hanya dapat menyepelekan mu dengan menganggapmu layak untuk dimunafikan oleh mereka, karena pada dasarnya mereka terlalu munafik untuk menjadi orang yang benar² baik. Mereka adalah orang-orang munafik dengan menjadi seorang penjilat kehormatan orang lain. Dan artikel ini merupakan pengalaman empiris dengan mempelajari perilaku mereka melalui close contack terhadap kehidupan mereka, dan saya hanya dapat tersenyum dengan perilaku mereka.
Penyebab Kesombongan pada SDM Rendah
Kurangnya Kesadaran Diri
Orang-orang dengan SDM rendah sering kali tidak menyadari keterbatasan mereka. Mereka cenderung menilai diri lebih tinggi dari yang sebenarnya, sebuah fenomena yang dikenal sebagai efek Dunning-Kruger. Karena minimnya wawasan, mereka tidak mampu melihat kelemahan mereka sendiri dan sering kali merasa sudah memiliki pengetahuan yang cukup, meskipun kenyataannya mereka masih jauh dari kompeten.
Mekanisme Pertahanan Diri
Kesombongan dapat menjadi mekanisme pertahanan untuk menutupi rasa insecure atau rendah diri. Ketika seseorang merasa kurang kompeten atau tidak dihargai, mereka mungkin mencoba melebih-lebihkan kelebihan mereka agar terlihat lebih baik di mata orang lain. Hal ini merupakan bentuk kompensasi psikologis untuk menutupi rasa takut akan kegagalan atau ketidaktahuan.
Lingkungan yang Mendukung Sikap Sombong
Lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk pola pikir seseorang. Jika seseorang tumbuh di lingkungan yang tidak mendorong introspeksi untuk perbaikan diri, mereka cenderung membangun kepercayaan diri yang tidak berdasar. Jika mereka dikelilingi oleh orang-orang yang juga memiliki wawasan terbatas dan sering kali memberikan validasi tanpa kritik konstruktif, maka rasa kesombongan itu semakin bertambah mereka mungkin terbiasa dengan validasi yang negatif (Gacor, preman, Ampun Bang Jago).
Kurangnya Pengalaman Nyata
Kurangnya pengalaman di dunia nyata membuat seseorang sulit menyadari seberapa besar kesenjangan antara keterampilan mereka dan standar yang lebih tinggi. Mereka mungkin merasa sudah cukup berpengetahuan tanpa pernah menguji diri dalam situasi nyata. Ketika dihadapkan pada tantangan sebenarnya, mereka cenderung menyalahkan faktor eksternal dari pada mengakui kurangnya kemampuan mereka.
Pengaruh Media Sosial
Di era digital, banyak orang membangun citra palsu di media sosial untuk menutupi kelemahan mereka. Mereka menunjukkan gaya hidup mewah atau pencapaian yang dilebih-lebihkan, meskipun sebenarnya tidak memiliki keahlian atau kualitas yang memadai. Hal ini bisa memperkuat kesombongan karena mereka mendapatkan validasi dari orang lain melalui “likes” dan komentar positif, tanpa harus membuktikan kemampuan mereka di dunia nyata.
Rasa Superioritas yang Keliru
Beberapa individu dengan SDM rendah merasa lebih baik dari pada orang lain berdasarkan faktor-faktor yang tidak relevan, seperti status sosial, penampilan fisik, atau kepemilikan materi. Mereka sering kali mengukur harga diri mereka berdasarkan hal-hal yang bersifat materialistis dan sementara, bukan berdasarkan pencapaian nyata atau kualitas diri. Hal ini membuat mereka menilai orang lain dengan standar yang keliru.
Ketidakmampuan Mengakui Kesalahan
Individu yang kesombongannya tinggi sering kali menolak mengakui kesalahan atau kekurangan mereka. Mereka lebih memilih mencari alasan atau menyalahkan orang lain dari pada menerima kenyataan dan memperbaiki dirinya. Hal ini membuat mereka stagnan dan sulit berkembang, karena mereka tidak pernah benar-benar belajar dari kesalahan mereka.
Dampak Kesombongan SDM Rendah
Sulit Berkembang
Kesombongan menghambat seseorang untuk belajar dan berkembang karena mereka merasa sudah cukup baik. Sikap ini membuat mereka menolak kritik dan saran yang sebenarnya bisa saja meningkatkan kualitas diri mereka menjadi lebih baik lagi. Mereka lebih fokus pada mempertahankan citra superioritas mereka dari pada mencari cara untuk menjadi lebih baik.
Relasi Sosial yang Buruk
Orang yang sombong sering kali dianggap menyebalkan dan sulit diajak bekerja sama. Ini bisa menghambat peluang mereka dalam dunia kerja dan kehidupan sosial. Kesombongan bisa membuat mereka meremehkan orang lain atau bahkan merendahkan orang yang lebih kompeten dari mereka. Akibatnya mereka kesulitan menjalin hubungan sosial yang sehat, baik dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan pribadi mereka. karena mereka berkawan di kelas sosial mereka (kasta).
Kehilangan Kesempatan
Kesombongan bisa membuat seseorang kehilangan kesempatan belajar dari orang lain yang lebih kompeten. Mereka mungkin menolak orang lain yang lebih baik dari mereka melalui mentor, pelatihan, atau peluang lain yang bisa meningkatkan SDM mereka. Padahal dengan keterbatasan yang mereka miliki, kesempatan untuk belajar sangatlah berharga.
Menimbulkan Sikap Meremehkan Orang Lain
Alih-alih fokus pada pengembangan diri, individu dengan SDM rendah yang sombong sering kali lebih sibuk merendahkan orang lain demi mempertahankan ilusi superioritas mereka. Mereka cenderung menganggap orang lain tidak cukup baik atau tidak selevel dengan mereka, meskipun kenyataannya mereka sendiri masih jauh dari kompeten.
Lebih mengarah Meningkatkan Konflik
Kesombongan dapat memicu konflik baik di tempat kerja maupun dalam lingkungan sosial. Ketika seseorang terlalu tinggi hati, mereka cenderung menolak kompromi, sulit menerima kritik, dan lebih sering terlibat dalam perselisihan. Sikap ini dapat merusak hubungan pribadi mereka.
Menurunkan Kredibilitas dan Reputasi
Seseorang yang dikenal sombong tetapi memiliki SDM rendah akan kehilangan kepercayaan dari orang lain. Kredibilitas mereka dapat runtuh karena orang di sekitar mulai menyadari bahwa kesombongan mereka tidak didukung oleh kemampuan nyata. Dalam jangka panjang, mereka akan kesulitan mendapatkan dukungan yang bisa membantu mereka berkembang.
Kenyataan yang memilukan.
Bagi mereka, kemiskinan adalah privilege. Jadi sudah sewajarnya mereka sombong dan arogan atau berperilaku jahat karena itu dianggap sebagai kodratnya mereka. Sebaliknya, jika orang-orang bermateri (orang kaya) bila bersikap sombong dan arogan, mereka justru dianggap sebagai orang lebih jahat, karena merasa terintimidasi, atau menganggap tidak sepantasnya mereka seperti itu terhadap mereka. (no viral no justice).
Hiburan Kita
Dalam Demokrasi ini kamu akan dibenci jika menyampaikan kebenaran. Orang seperti mereka memang perlu diberi pelajaran agar bisa menyadari diri mereka sendiri. Mereka tidak akan pernah sadar diri jika tidak diberi pelajaran atau tidak akan pernah sadar diri jika tidak mengalaminya langsung. Dengan SDM yang rendah dan IQ yang terbatas, mereka cenderung lebih arogan karena kurangnya kecerdasan emosional untuk memahami orang lain. Sikap egois, angkuh, dan keras kepala (kolot,picik) membuat mereka selalu merasa paling benar. Ketika dihajar oleh kenyataan, mereka justru memainkan peran sebagai korban (victim mentality) dengan memutarbalikkan keadaan.
Kesimpulan
Berjuang seorang diri dianggap kuper atau nolep (masa depan suram).
Mereka hanya dapat menilai mu dipermukaan saja dengan meremehkan dan menyepelakanmu. Mereka tidak dapat melihatmu kualiats dirimu ibaratkan dasar lautan yang dalam, karena jika mereka sampai mengetahui potensimu yang tersembunyi yang tak terlihat sebelumnya oleh mereka, maka mereka hanya dapat membencimu dengan menilaimu orang sombong (anti sosial). Dengan tidak menyadari kesombongan mereka sendirilah yang telah meremehkanmu, (kamu dianggap lebih sombong dari mereka). Dapat dilihat jika mereka tampak terkejut berarti mereka meremehkanmu selama ini. Dan untuk emak-emak rempong (julid) mereka hanya dapat Kenyenyesan bila berhadapan dengan mu atau bahkan tidak menyukaimu karena kamu selama ini ternyata jauh dari dugaan mereka yang membuat dirimu hanya sebagai bahan gunjingan selama ini dalam lingkaran sosial mereka.
Mereka pada dasarnya terlalu sombong jika hidup bahagia seorang diri.
Mentalitas mereka dengan menganggap hidup itu harus sama rasa sama rata (kebahagiaan sama rasa sama rata). Yaitu kalau hidup mereka susah, kamu juga ikut susah (Atau setidaknya juga merasakan kesusahan yang sama), kalau hidup enak itu harus ngajak-ngajak, agar ikut dapat bahagia atau senang bersama. (hidup merakyat agar saling menghormati).
Akhir Kata
Sebelum artikel ini dibuat mereka memang seperti itu (Inferior yang merasa berkualitas), jadi tidak ada alasan bagi mereka menjadi tidak bermoral atau berprilaku lebih buruk lagi di karenakan artikel tidak mereka sukai. Manusia seperti mereka memang terlalu naif jika mereka membencinya karena tidak memahami kebenaran dengan mudah merasa tidak senang atau benci, (sensitif karena bodoh). Mereka pikir mereka merasa hebat karena memiliki literasi sosial yang tinggi yang tidak sebanding dengan attitude, aptitude = altitude yang tidak sebanding. Dan bila tidak saya ungkapkan ini tidak akan menjadi mahakarya yang unik untuk dibaca, tidak seperti mereka yang hanya merasa hebat karena si paling literasi sosial.
Hidup lah dengan Sesukamu
Konten di bawah ini adalah iklan dari platform lain. Media kami tidak terkait dengan konten ini.