Terkadang, banyak orang dalam kehidupan bermasyarakat tidak benar-benar hidup menurut jati dirinya, melainkan bergantung pada pujian orang lain agar keberadaannya diakui dan diterima. Jika tidak, maka ia akan menjadi bahan tertawaan ditempat tongkrongan dengan mengghibahi diri mereka sebagai topik atau bahan pembicaraan, tampak terlihat memang dalam kehidupan sosial banyak orang hidup berdasarkan “pride” mereka masing-masing sebagai bentuk harga diri atau kesombongan mereka agar dapat diterima dalam kelompok sosial. Ya, terkadang kehidupan sosial itu memang jahat dan tampak menakutkan karena dalam kehidupan sosial itu seakan memaksa dirimu hidup dalam bersosial walaupun dirimu tidak menyukainya, mereka tidak peduli apapun alasanmu karena mereka akan mudah saja tidak menyukaimu karena mereka hanya meminta dirimu untuk hadir memuaskan hasrat dari kebutuhan sosial mereka, bahkan mereka belum tentu benar-benar menyukaimu karena mereka menganggapmu tidak asyik dan kaku yang membuat mereka tidak dapat terhibur dengan reaksi mu yang dianggap mengecewakan mereka yang seakan mereka memaksamu untuk menjadi orang munafik agar dapat menyenangi diri mereka agar dapat memuaskan kepuasan batin, emosi dari kepuasaan hasrat dari kebutuhan sosial mereka walaupun bukan hanya dirimu saja seperti itu malainkan juga semua orang mungkin melakukannya. Saya tidak keliru, tetapi juga tidak sepenuhnya valid, Hal yang paling krusial adalah niat. Dalam kehidupan bersosial, setiap tindakan didasarkan pada motif. Karena jika kamu menjadi dirimu sendiri (otentik) maka kamu tidak akan di ajak (kamu gak asyik) dan jadilah munafik agar dirimu dapat diajak orang lain agar dapat menyenangi mereka.
Manusia diperlakukan bukan semata-mata karena apa yang ia lakukan, melainkan karena siapa dirinya di mata orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, wajah kita dipantulkan kembali melalui sikap mereka, ada yang merendah, ada yang menjilat, ada pula yang menjaga jarak. Semua itu hanyalah cermin dari bagaimana keberadaan dirimu dipersepsikan.
Hiburan Kita
Siapa dirimu akan menentukan bagaimana orang lain akan memperlakukan mu entah itu dengan menjilat, atau tergantung pada siapa dirimu sebagai cara mereka dalam menentukan bagaimana cara mereka bersikap, menghormati, atau bersikap biasa saja. Karena dalam kehidupan bermasyarakat banyak dari setiap orang menilai atau memperlakukan orang lain berdasarkan identitas, status, atau kepribadian yang mereka lihat atau mereka memperlakukan orang lain itu berbeda-beda tergantung siapa dirimu sebenarnya. Walaupun begitu banyak orang menilai dirimu berdasarkan siapa dirimu berdasarkan apa profesimu, itulah mengapa setiap orang dapat diperlakukan berbeda-beda.
Cara orang lain memperlakukanmu ditentukan oleh siapa dirimu. Dalam masyarakat, perlakuan bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana dirimu dipandang.
Hiburan Kita
Karena bagi mereka pekerjaan yang terbaik itu adalah pekerjaan yang tidak berdampak secara langsung dalam masyarakat seperti orang sibuk bekerja pulang dan pergi dari rumah ke kantor, dari kantor ke rumah setiap hari seperti kupu-kupu dengan terlihat sibuk dengan pekerjaan dari profesi mereka atau dengan tidak dianggap mengganggu mereka yang tampak sibuk menjaga tatanan sosial yang seolah nasip baik atau buruk orang lain itu berada di tangan mereka yang pada dasarnya memuja-muja PNS/ASN atau karyawan pada instansi pemerintah dan swasta, yang dianggap bergengsi bagi mereka, walaupun diri mereka juga sama-sama mencari rezeki di tengah masyarakat dengan menganggap apa yang kamu lakukan itu (berbisnis) bertentangan dengan urusan rezeki mereka yang disertai pencitraan yang seolah setiap tindakan mereka didasari oleh status quo berkedok memperjuangkan cita-cita luhur atau mungkin saja mereka menganggapnya sakral dengan tarik-menarik kepentingan politik (feodalisme).
Siapa dirimu adalah bayangan yang menentukan cara orang lain menatapmu. Ada yang datang dengan hormat, ada yang merangkak dengan pujian palsu, ada pula yang menjauh dengan dingin. Pada akhirnya, perlakuan orang hanyalah gema dari wajah dirimu yang mereka lihat, bukan dari rahasia siapa engkau sebenarnya.
Dan siapa dirimu akan menjadi hukum tak tertulis yang mengatur bagaimana dunia memperlakukanmu. Ada yang menjilat, ada yang merendahkan, ada pula yang menaruh hormat, ssemua hanyalah cerminan dari kekuatan atau kelemahan yang terpancar dari dirimu.
Akhir Kata
Argumen saya ini tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Yang terpenting adalah niat. Ketika kita hidup bersosial, motif selalu ada, kecuali di masa kanak-kanak yang penuh kepolosan.
Siapa dirimu pada akhirnya akan menjadi penentu bagaimana orang lain menatap dan memperlakukanmu. Dalam ruang sosial, orang seperti mereka jarang melihat hakikat, mereka hanya membaca citra. Ada yang datang dengan senyum manis penuh kepura-puraan, menjilat demi kepentingan mereka sendiri. Ada yang bersikap dingin, menjaga jarak, seolah keberadaanmu hanyalah bayangan asing. Namun ada pula yang menaruh hormat, bukan karena jabatan atau harta, melainkan karena mereka merasakan wibawa yang terpancar dari dirimu. Hidup bermasyarakat adalah panggung pencitraan, dan setiap orang memainkan perannya berdasarkan siapa tokoh yang mereka lihat di hadapan mereka. Maka, perlakuan orang lain seringkali bukan kebenaran tentang siapa dirimu, melainkan sekadar cermin yang retak, yang memantulkan dirimu dengan cara yang berbeda-beda.
Terdapat Beberapa paragraf sengaja disembunyikan (invisible).
Konten di bawah ini adalah iklan dari platform lain. Media kami tidak terkait dengan konten ini.