Kenaifan manusia menjadi orang baik awal dari lahirnya kejahatan

Bagikan bila kamu menyukainya

Menjadi orang baik hanya pantas dilakukan oleh orang cerdas. sebaliknya, orang yang bodoh sebaiknya tidak mencoba menjadi orang baik. Jika orang bodoh menjadi orang baik justru kejahatan lah yang dapat ia timbulkan Karena orang bodoh itu merasa dirinya adalah orang baik yang pada dasarnya dirinya terlau naif untuk menjadi orang baik. Dan orang bodoh itu pada dasarnya tidak pantas dianggap orang baik karena mereka terlalu bodoh untuk menjadi orang baik, dan orang bodoh seperti mereka sebenarnya dapat tergolong orang jahat atau orang yang tidak baik karena kenaifan mereka untuk menjadi orang baik, yang pada akhirnya mereka menjadi orang jahat atau mereka bukan lah orang baik-baik, karena kebaikan hati mereka sendiri yang pada dasarnya yang tidak lain berasal dari kenaifan mereka dijalan kegelapan yang membuat mereka hidup bahagia karena kenaifan mereka untuk menjadi orang baik.

Karena hal ini justru dapat menimbulkan kejahatan. Orang bodoh atau SDM rendah sering merasa dirinya adalah orang baik, tetapi sebenarnya mereka terlalu naif untuk benar-benar memahami kebaikan. Kenaifan ini membuat mereka cenderung menjadi orang yang tidak baik atau bahkan jahat. Dengan niat baik yang keliru, mereka justru melangkah ke jalan yang abu-abu, yang secara paradoks membuat mereka merasa bahagia dalam kebodohan mereka sendiri.

Jika mereka menolak kebenaran, itu berarti mereka terlalu naif untuk menjadi orang baik. Jika mereka membencimu karena menyampaikan kebenaran, itu menunjukkan bahwa mereka bangga dengan kenaifan mereka. Dan jika mereka tidak menyukaimu karena kebenaran, itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang tidak baik atau mungkin orang jahat yang menolak kebenaran demi sebuah kebaikan untuk sesama atau status quo mereka dalam kebaikan.

Hiburan Kita “copyright”

Orang bodoh yang emosional

Kebaikan sejati membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang dampaknya, bukan hanya kepada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain. Orang yang cerdas mampu mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan baiknya, sehingga kebaikan yang dilakukan benar-benar membawa manfaat. Sementara itu orang yang bodoh cenderung tidak memiliki kemampuan tersebut. Mereka mungkin melakukan sesuatu yang terlihat baik di permukaan saja, tetapi karena kurangnya wawasan dan pengetahuan, tindakan itu justru dapat merugikan orang lain.

Orang yang lembut hatinya atau orang yang perasa yang membuat mereka mudah merajuk (sensitif), dan emosional, mereka dapat menjadi seseorang yang egois, bahkan jahat. karena mereka terlalu bodoh untuk menjadi orang yang benar-benar baik. Dan pada dasarnya mereka juga terlalu bodoh untuk mengerti, dan memahami kebenaran.

Hiburan Kita “Copyright” Orang bodoh yang emosional itu adalah sesosok monster yang tertidur.

SDM rendah yang merasa dirinya orang baik yang berada di jalan kebenaran

Kenaifan mereka sering kali membuat mereka mudah dimanipulasi oleh pihak yang memiliki niat buruk. Dalam beberapa kasus dari pengalaman saya, mereka bahkan menjadi alat bagi orang jahat untuk mewujudkan keinginan yang egois. Pada akhirnya kebodohan yang dibungkus dengan niat baik ini menjadi sumber dari masalah baru, memperkeruh situasi, dan menimbulkan ketidakadilan.

Oleh karena itu untuk menjadi orang baik, bukan hanya niat yang di butuhkan, tetapi juga kecerdasan, empati, dan pemahaman yang mendalam tentang moralitas. Kebaikan tanpa pengetahuan sama seperti berlayar tanpa kompas tidak memiliki arah yang jelas dan berpotensi membawa mereka ke jurang kehancuran. Karena itu sebelum seseorang memutuskan untuk menjadi baik, kita harus belajar terlebih dahulu apa arti kebaikan yang sesungguhnya dan bagaimana menerapkannya dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.

Kenaifan orang bodoh akar dari kejahatan

Kenaifan manusia dalam berusaha menjadi orang baik sering kali menjadi akar dari lahirnya kejahatan yang tidak disengaja. Hal ini terjadi karena mereka tidak memahami esensi kebaikan secara mendalam dan hanya berfokus pada niat tanpa mempertimbangkan konsekuensi. Orang yang naif cenderung berpikir bahwa semua orang memiliki niat baik seperti dirinya, sehingga mereka mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang licik.

Sebagai contoh seseorang yang naif mungkin memberikan bantuan dengan memberikaan uang kepada orang yang berpura-pura membutuhkan, tanpa menyelidiki lebih jauh. Dengan niat membantu orang tersebut, bantuan ini malah digunakan untuk mendukung kejahatan, seperti pembelian barang ilegal atau pendanaan kegiatan kriminal. Niat awalnya adalah kebaikan, tetapi hasil akhirnya justru menciptakan kerusakan.

Selain itu orang yang naif sering kali mengambil keputusan berdasarkan emosi tanpa mempertimbangkan logika. Mereka mungkin membela seseorang yang tampak seperti korban tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Dalam situasi ini, mereka bukan hanya salah menilai, tetapi juga berpotensi menyudutkan pihak yang tidak bersalah. Akibatnya niat baik mereka berubah menjadi tindakan yang mendukung ketidakadilan.

Kenaifan ini juga dapat melahirkan bentuk kejahatan yang lebih subtil, seperti kejahatan moral. Misalnya seseorang yang ingin selalu membantu orang lain mungkin mengabaikan batasan diri, hingga akhirnya merugikan dirinya sendiri dan orang-orang terdekatnya. Pada titik ini, kebaikan yang dilakukan berubah menjadi beban dan bahkan menjadi alat yang memicu konflik.

Maka tidak dapat dipungkiri bahwa kenaifan dalam berusaha menjadi orang baik adalah awal dari lahirnya berbagai bentuk kejahatan, baik yang terlihat nyata maupun yang terselubung. Untuk mencegah hal ini, kita sebagai manusia yang berakal harus menyadari bahwa menjadi baik bukan hanya soal niat, tetapi juga soal kebijaksanaan, kehati-hatian, dan pemahaman yang mendalam tentang situasi serta dampak dari setiap tindakan. Tanpa hal tersebut, kebaikan yang dilakukan bisa saja membawa kerusakan alih-alih manfaat.

Banyak orang-orang bodoh hidup nya hanya untuk menolak kebenaran karena bagi mereka kebenaran tersebut terlalu menyakitkan bagi dirinya, maka dari mereka memperjuangkan kabatilan sebagai bentuk kebahagiaan mereka dalam kesesatan dengan menenggelamkan kebenaran (kebatilan).

Hiburan Kita – Orang bodoh, kolot, dan picik pada dasarnya mereka adalah orang tidak baik atau musuh dari kebenaran. Karena mereka terlalu bodoh untuk menerima kebenaran.

Kebaikan Tanpa Pengetahuan Adalah Pisau Bermata Dua

Kebaikan yang lahir dari kenaifan manusia sering kali menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi niat baik memberikan harapan akan perbaikan lingkungan. Namun di sisi lain, ketika tidak diiringi dengan kebijaksanaan dan wawasan, kebaikan ini justru dapat berbalik menjadi senjata yang melukai orang lain dan dirinya sendiri.

Dalam kehidupan ini, orang yang naif bisa saja menjadi lebih jahat dari pada orang jahat itu sendiri.

Hiburan Kita

SDM rendah diberi panggung untuk bersuara; kenaifan berujung penghakiman

Dalam kehidupan kita banyak sekali fenomena sosial yang menjadi perhatian, tetapi sering kali ditanggapi secara tidak dewasa oleh orang-orang yang kurang/tidak kompeten. Pada era teknologi saat ini terutama fenomena yang sudah menjadi isu media massa, mereka dengan lantang memberikan komentar tanpa mempertimbangkan konteks atau fakta yang mendasari fenomena tersebut. Mereka cenderung menghakimi orang yang dianggap melanggar norma sosial, seolah-olah diri mereka suci dan tanpa cela (munafik). Sikap ini menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap hikmah atau pesan moral di balik kejadian tersebut. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama dalam hal berpikir kritis dan empati, menjadi salah satu penyebab utama perilaku seperti ini.

Dan pada umumnya mereka suka mencari pelampiasan masalah hidup mereka yang tidak terselesaikan dengan cara yang tidak etis sebagai cara mereka menyelesaikan masalah hidup mereka yang tidak terselesaikan dengan menghakimi orang lain (mental psikopat) dengan tidak berperasaan dengan merasa diri mereka adalah korban yang sebenarnya (victim mentality) yang membuat mereka pantas melakukan hal demikian demi keadilan dengan cara kekerasan, atau cara mereka melampiaskan hasrat ketidakpuasan hidup mereka dengan melakukan kejahatan untuk mencapai kepuasan dengan cara tidak etis bekedok kebaikan dengan naifnya mereka membenci kejahatan dengan cara kebaikan dengan cara menghakimi orang lain tanpa rasa bersalah di hati mereka, karena pada dasarnya manusia itu terlalu munafik jika merek benar-benar membenci kejahatan dan mereka juga terlalu munafik jika mereka benar-benar mencintai kebaikan, karena pada dasarnya manusia SDM rendah itu terlalu naif jika mereka adalah orang baik, karena individu dengan rendahnya kualitas SDM sering kali bersikap naif. Mereka menganggap diri nya sebagai orang baik, padahal tindakan mereka belum tentu benar, bahkan mungkin cenderung jahat (injustice).

Mentalitas Feminisme

Inner beauty & feminism (kenaifan terotorisasi)

Konsep Inner beauty (feminism) tidak membutuhkan kecerdasan akademis karena menjadi feminis adalah panggilan etis (feminism etik) dan inner beauty yang berkaitan dengan feminisme yang terbentuk oleh ego yang menimbulkan “kenaifan” yang menumbuhkan sikap idealisme yang begitu emosional pada dirinya “kelabilan mental/emosi” yang membentuk mentalitas individu tersebut (Self regulation) Hal ini terjadi di karenakan mereka merasa memiliki legitimasi untuk menegakkan ‘kebenaran’ versi diri nya sendiri, yang menyebabkan kebaikan hati seorang feminism cenderung menimbulkan keegoisan berupa kebencian dan amarah (Ruthless Queen). Karena feminisme itu pada dasarnya tergila-gila dengan keperkasaan atau kekuatan, jadi sudah sewajarnya jika seorang feminis merasa lebih hebat dari laki-laki mereka menganggap dirinya jauh lebih perkasa, smart dan kuat dengan merendahkan laki-laki yang merupakan mentalitas dari feminis. karena pada kenyataannya jika seorang laki-laki berhadapan dengan seorang feminis itu “hebat tidak tidak dipuji lemah dicaci maki” karena bagi feminis sudah sewajarnya pria itu jauh lebih dari apapun dari wanita. (feminists take a leadership position). Sebagai bentuk dari kenaifan seorang feminism jika dapat terjadi kegagalan menimpa dirinya, feminism itu hanya dapat menyalahkan lawan jenis secara brutal, hal ini juga dapat merendahkan martabat pasangannya. Hal ini berbeda jauh dengan Sigma female feminism; independent, confident, and ambitious yang memperjuangkan Feminisme sebagai bentuk hak asasi.

Feminisme inner beauty (Femininitas)

Sisi gelap dari ego yang terbentuk oleh feminisme membuat sebagian dari mereka menganggap suara laki-laki baik pendapat maupun saran tidak layak dihargai atau sulit diterima. Bagi mereka, hanya wanita yang benar-benar dapat memahami hati dan perasaan sesama wanita (hanya wanita yang dapat memahami wanita), sebagai bentuk bias gender terhadap kecerdasan emosional dari seorang feminis, hal ini sering dijadikan alasan bagi mereka untuk berperilaku tantrum dan keras kepala saat berargumen dengan lawan jenis. Bukan sekadar soal kewanitaan, melainkan topik yang lebih luas yang membuat antar lawan jenis sering kali sulit saling memahami. Perbedaan ini dipengaruhi oleh ego masing-masing, yang pada dasarnya berakar pada perbedaan struktur otak antara laki-laki dan perempuan “dari hati ke hati (feminis)”. Sementara itu, super ego feminis cenderung berorientasi pada keinginan untuk dicintai dan dihormati.

Karena pada dasarnya kodrat wanita itu hanya untuk mempermainkan martabat laki-laki atau rasa cinta yang merusak kehormatan seorang pria sebagai upaya memperoleh perhatian (posesif dan obsesif). Dan ini adalah hasil pengalaman empiris saya sebagi penulis jika tagung jawab seorang lekaki yang dicintai kaum hawa (dicintai diam-diam) itu harus peka dalam memahami bahasa tubuh atau ucapan wanita (sinyal) yang mereka berikan atau tidak mereka akan menjadi destruktif sebagai bentuk kemarahan mereka kepada dirimu (Haters) atau upaya mereka sebagai penghancur kehormatan mu sebagai pria karena itu adalah kodrat nya mereka sebagai wanita (feminist obsession). Dan perilaku unik dan langka karena tidak semua wanita seperti ini adalah mereka memiliki ego yang besar jika berhadap dengan lawan jenis (super ego dari feminis) mereka seperti orang gila yang kegirangan entah feminis itu pada dasarnya seorang narsitik jika berurusan dengan lawan jenis? karena terkadang suka membully karena obsesi mereka yang gila (narsistik).

Manusia pada dasarnya terlalu egois untuk menjadi orang baik.

Manusia itu memang terlalu egois untuk menjadi orang baik. Sebab mereka akan melakukan apa yang dianggap baik bagi dirinya seperti mencuri atau korupsi yang dianggap perbuatan tidak baik tetapi baik bagi dirinya. Dan orang miskin pun akan melakukan apa dianggap baik bagi dirinya seperti mencuri atau menjarah (rezeki) walaupun itu perbuatan tidak baik. Sebab manusia sering kali dipengaruhi oleh kepentingan pribadi sehingga sulit untuk sepenuhnya mengutamakan kebaikan bersama. Hal ini terlihat ketika seseorang melakukan tindakan seperti pencurian atau korupsi yang di gambarkan sebagai perbuatan yang secara umum dianggap tidak baik, namun dilandasi oleh motivasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau cara mereka bahagia yaitu dengan merenggut kebahagiaan orang lain dengan cara merampasnya sebagai bentuk kebaikan bagi dirinya karena terdapat alasan yang mendasarinya (Iri, Dengki, atau Hasad). Bahkan dalam kondisi keterbatasan ekonomi, seseorang mungkin merasa terdorong untuk melakukan tindakan seperti mencuri atau menjarah rezeki, Meskipun perbuatan tersebut secara moral tidak dapat dibenarkan, bahkan jika alasannya adalah untuk menafkahi keluarga yang kelaparan, menyelamatkan seseorang dari keadaan sekarat, atau sekadar mencari biaya untuk menebus rumah sakit sekalipun, semua hal ini sebagai contoh nyata dalam situasi darurat.

Manusia sering kali dipengaruhi oleh kepentingan pribadi sehingga sulit untuk sepenuhnya mengutamakan kebaikan bersama. Setiap individu cenderung memprioritaskan apa yang dianggap menguntungkan bagi dirinya sendiri, sehingga dalam berbagai situasi, motivasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi dapat mengalahkan keinginan untuk berbuat baik secara manusiawi. Hal ini terlihat ketika seseorang memilih untuk melakukan tindakan seperti pencurian atau korupsi. Meskipun perbuatan tersebut secara umum dianggap tidak baik dari sudut pandang moral dan hukum, pelaku sering kali menganggap tindakan itu sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadinya.

Di sisi lain kondisi ekonomi dan lingkungan sosial juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam situasi keterbatasan ekonomi, individu yang berada di bawah tekanan kebutuhan mungkin merasa terdorong untuk mengambil jalan pintas demi memperoleh apa yang dianggap sebagai “rezeki”. Tindakan seperti mencuri atau menjarah rezeki, meskipun secara moral tidak dapat dibenarkan, bisa muncul sebagai respons terhadap kesulitan hidup dan perasaan terdesak. Dengan demikian, faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan dan ketidakadilan sosial turut berkontribusi terhadap keputusan seseorang untuk memilih jalan yang secara umum dikecam oleh norma-norma sosial.

Hal ini menekankan bahwa perilaku manusia tidak selalu semata-mata merupakan cerminan dari sifat egois yang inheren, melainkan juga merupakan hasil interaksi kompleks antara kondisi psikologis, kebutuhan pribadi, dan konteks sosial-ekonomi yang dihadapi. Meskipun motivasi pribadi seseorang sering menjadi pendorong utama, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam situasi tertentu, kebutuhan mendesak dan tekanan lingkungan dapat membuat seseorang mengambil langkah-langkah yang bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku. Dengan demikian, penting untuk memahami bahwa tindakan-tindakan tersebut tidak selalu mencerminkan karakter manusia secara keseluruhan, melainkan merupakan manifestasi dari situasi dan tekanan tertentu yang dihadapi individu dalam kehidupan sehari-hari, sama halnya dengan koruptor dari pejabat negara yang beralasan mereka merasa gaji mereka terlalu kecil atau tidak pernah cukup “mereka tidak tahu cara untuk bersyukur seperti cerminan rakyat kecil yang serakah agar cepat menjadi kaya” walaupun tidak semua manusia demikian.

Kejahatan yang lahir dari kebaikan

Tidak bisa dipungkiri bahwa semangkin baik diri seseorang maka semangkin egois lah dirinya. Bahkan dirinya dapat menjadi individu yang psikopati dalam melakukan aksi kejinya dalam kebaikan bagi dirinya walaupun terlihat tidak manusiawi seperti seorang ibu rela membunuh atau menjual anaknya karena ia tidak sanggup menjalani hidupnya yang memprihatinkan, atau seorang bapak rela mengakhiri keluarganya sendiri karena tidak sanggup menafkahinya, atau sepasang suami istri lebih mementingkan bayi nya dari pada orang lain yang sedang dalam keadaan darurat berujung kematian orang lain atau dapat menyebabkan kerugian materil yang dialami orang lain, dengan sikap tidak peduli. Dari semua ini adalah contoh umum dalam kehidupan kita, misal terdapat oknum yang ingin mendirikan Negara Khilafah pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini sebagai kebaikan atau cita-cita luhur bagi mereka dengan menyampingkan keberagaman suku dan bangsa “multikulturalisme” yang ada dengan sikap semangkin intoleransi maka semangkin agamis.

Mereka yang menganggap dirinya orang baik pun dapat menjadi seorang Machiavellian dengan mengabaikan norma dan moral demi tujuan mereka untuk mensejahterakan diri untuk partai nya atau untuk membiyayai Fraksi, komunitasnya, dan untuk menafkahi kehidupan hedon keluarga besarnya. Islam 3H; Halal, Haram, Hantam, yang beralasan nantinya jika mereka sudah sukses besar atau sudah tercapai impian dan ambisinya, mereka akan bertaubat dimasa tua atau sebelum kematian mereka untuk menghapus semua dosa tanpa diketahui orang lain (selain kelompok mereka) dengan melakukan kebaikan seperti sedekah, membangun banyak tempat ibadah, dan pergi berkali-kali naik haji, sampai mereka merasa terbebas dari rasa bersalah atau bersih dari dosa dengan taubat dengan rajin beribadah.

Manusia pada dasarnya terlalu sombong untuk menjadi orang baik

Orang-orang tidak memiliki itikad baik, bagi mereka dirimu terlalu berharga untuk dihancurkan. Karena jika dirimu lebih baik dari mereka, atau mereka menganggap dirimu adalah pengganggu kesejahteraan atau ketentraman hidup mereka, karena keberhasilanmu adalah penyakit hati bagi mereka yang membuat mereka susah dan merana. Mereka hanya selalu dapat mencari alasan untuk menganggapmu adalah orang tidak baik dalam mempengaruhi orang lain terhadap martabatmu dengan tak lain mereka hanya berusaha menyingkirkanmu melalui citra dirimu yang mereka obok-obok karena secara psikologis mereka terlalu sombong untuk menjadi orang baik, yang membuat mereka harus menghadapimu dengan cara yang tidak baik tetapi baik bagi mereka atau cara mereka menghadapi mu melalui kebaikan mereka yang berbalik untuk menghancurkan dirimu, terutama untuk menghancurkan nila-nilai atau prinsip hidupmu yang bertentangan dengan keyakinan mereka. Sebab setiap orang-orang memiliki panggungnya sendiri dengan terlalu sombong dan angkuh jika mereka menganggap dirinya adalah orang baik.

Cara paling halus dan manusiawi untuk menghancurkan orang lain adalah dengan menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijaksana dari mereka. Namun, ini juga bisa menjadi bentuk kesombongan tertinggi dalam permainan politik sosial (politik identitas), terutama dalam literasi sosial yang sarat dengan pencitraan diri.

Hiburan Kita

Pada akhirnya kita akan banyak menjumpai orang-orang jahat dengan menuduhmu orang jahat, (jahat teriak jahat) dengan tidak menyadari diri mereka sendiri. Ketika kamu menjadi orang baik, kamu diremehkan. Namun, ketika kamu menjadi jahat, kamu dibenci. Sebab, lingkungan dan orang-orang di sekitarmu menginginkanmu tetap menjadi orang baik agar mereka bisa memperlakukanmu sesuka hati dengan menyepelekan dan meremehkan kamu (Iri, Dengki, atau Hasad). Karena dalam hidup bermasyarakat, pencitraan diri adalah sesuatu yang tak terhindarkan.

Standar ganda manusia dalam monopoli kebaikan bahkan kebenaran

Dalam standar ganda mereka dengan monopoli kebaikan bahkan kebenaran, mereka akan berusaha memiskinkanmu jika menganggap dirimu tidak bermanfaat bagi mereka, dengan merusak martabat serta citra dirimu agar terlihat rendah di mata orang lain., dengan niat buruk mereka yang ingin menghancurkanmu karena itu adalah kebaikan bagi mereka dengan mencelakai dirimu melalui martabatmu yang dapat mudah mereka permainkan. Bagi mereka hidup mu setidaknya harus membahagiakan mereka dengan menjadi orang bermanfaat. (hidup hanya untuk dimanfaatkan orang lain).

Sebagaimana dunia itu bekerja yaitu; Manusia itu hidup dengan saling memanfaatkan kebaikan orang lain untuk kelangsungan hidup mereka, dengan mengambil jatah kebaikan dari kebaikan hati orang lain untuk mereka manfaatkan. (kebaikan hati adalah jatahnya mereka dengan dimanfaatkan).

Hiburan Kita – Jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain untuk dimanfaatkan. خير الناس انفعهم للناس

Ya, bagi mereka yang tahu mengenai realita gelap tentang pola kehidupan dalam memahami bagaimana dunia ini bekerja tak lepas dari kontroversinya yaitu hidup ini adalah tentang memanfaatkan orang lain atau dimanfaatkan orang lain, karena kebaikan hati adalah sebuah harapan.

Manusia pada dasarnya terlalu sombong untuk hidup bahagia

Dalam hidup, kita akan menjumpai berbagai macam orang dengan beragam watak dan tabiat. Banyak di antara mereka menginginkan kebahagiaan, namun pada dasarnya, keinginan itu sering kali disertai dengan kesombongan, semangkin berusaha mereka menginginkan kebahagiaan maka semangkin sombonglah mereka jika mereka sudah memperoleh kebahagiaan yang mereka inginkan. Walaupun rasa sombong di hati mereka merupakan sebagai penghargaan diri (reward) bagi mereka agar semua orang dapat menghormati mereka dengan cara memberitahui orang lain untuk menghargai keberhasilan mereka sebagai upaya mereka dalam bersikap angkuh dan sombong dengan mengabarkan orang lain bahwa diri nya jauh lebih bahagia dari mereka dengan menganggap diri nya pastas untuk dihormati oleh orang lain. Atau upaya mereka memperlihatkan gaya hidup hedon dirinya untuk mengintimidasi orang lain dengan gaya sombong dan angkuh yang mereka samarkan dengan perilaku ceria atau humble yang mereka gunakan saat berinterkasi sosial atau kehidupan mereka dalam bermasyarakat untuk berusaha terlihat kaya demi mendapatkan pengakuan dari orang lain atau menunjukkan seberapa hebat diri nya di mata mereka.

Baik atau jahat itu relatif

Baik atau jahat itu relatif, dan jika terdapat seseorang begitu polosnya membenci kejahatan itu artinya mereka ikut bagian dari kejahatan itu sendiri. Karena orang baik yang disebabkan oleh kepolosan pada diri mereka yang tidak berpengalaman (bodoh) itu mudah untuk dibujuk untuk berdiri di garis depan untuk dimanfaatkan agar menjadi aliansi, karena paham dari nilai-nilai kebaikan yang mereka ketahui diperkuat oleh orang-orang yang menghasutnya (dogma) yang membuat mereka membenci kejahatan dan memusuhi orang yang mereka anggap jahat (kamu) yang asli nya kamu adalah orang baik memperjuangkan kebaikannya yang tidak mereka sadari (mereka terlalu naif). mereka menyerangmu dengan paham atau nilai-nilai kebaikan versi mereka untuk melemahkan perlawannya mu yang tegas berupa tuduhan dari paham mu yang mereka anggap kafir yang mereka anggap sesat dan jahat karena mereka menganggap dirimu pihak yang perlu ditudukan karena idalisme mu adalah kenaifan mereka dengan cara mereka menenggelamkan ilmu pengetahuan yang lahir dari filsafat. karena orang yang berfilsafat itu adalah ancaman dari dogma atau nila-nilai keimanan mereka yang berapi-api.

Artikel tambahan masih berbentuk draf untuk dipublikasikan…

Pada akhirnya, kita akan menyaksikan konflik antara individu atau bahkan kelompok yang sedang memperjuangkan kebaikan dan mereka yang memperjuangkan kebatilan. Namun sering kali konflik ini menjadi absurd karena kedua pihak terlalu berpegang pada dogma atau keyakinan subjektif mereka. Masing-masing pihak memperjuangkan ‘kebaikan’ atau ‘kebenaran’ menurut versinya sendiri, tanpa menyadari bahwa kebenaran sejati mungkin berada di luar jangkauan persepsi mereka. Hal ini menyebabkan mereka terlihat sama-sama saling menjatuhkan, meskipun mereka memilliki tujuan yang berbeda. Pada akhirnya konflik ini lebih mencerminkan ketidakmampuan mereka untuk melihat kebenaran yang lebih agung yang tersembunyi dibalik kegelapan yang tidak terjangkau oleh akal budi atau kenaifan mereka.

Terkadang, bahkan ketika seseorang memiliki cacat dalam berpikir, mereka dapat menemukan fakta dari suatu kebenaran secara tidak disengaja. Namun kebenaran semacam itu sering kali sulit dijangkau oleh kebanyakan orang yang terlalu mendambakan kebaikan untuk diri mereka sendiri. Hal ini terjadi karena sebagian dari mereka menolak kebenaran yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Sering kali kebenaran tersembunyi di balik bias dan pandangan sederhana yang disebut sebagai ‘cahaya kenaifan manusia,’ yang justru menghalangi mereka untuk melihat realitas yang lebih mendalam.

Hiburan Kita “copyright”

Praise the darkness the darkness is the truth.
Light shines upon all. keep the light away
.

This journal comes into being through the grandeur of darkness – an unseen force that guided the author in weaving each word of this text. Without the presence of this darkness, not even a trace of this article would exist, only the innocence of a tale lived blindly. For in witnessing the world’s beauty, the author came to understand: what is often called light is merely darkness in a more graceful form.

Konten di bawah ini adalah iklan dari platform lain. Media kami tidak terkait dengan konten ini.

Tinggalkan Balasan